Mohon tunggu...
novia
novia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa yang mempunyai hobi membaca novel dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sastra Tradisional sebagai Jembatan untuk Membangun Budaya Literasi Anak

2 Desember 2024   10:28 Diperbarui: 2 Desember 2024   11:13 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi Karya Sastra Tradisional ( Sumber : https://caligntecsei.blogspot.com)

Perkembangan teknologi yang pesat membawa dampak yang bersifat dilematis yang berupa dampak positif dan negatif. Dampak positif yang dirasakan berupa teknologi memungkinkan setiap individu mengakses berbagai informasi dengan mudah dan cepat. 

Namun, di sisi lain, penyalahgunaan teknologi telah menimbulkan efek negatif, seperti penurunan minat baca anak-anak akibat pengaruh gadget dan media sosial. Akibatnya, aktivitas budaya literasi anak-anak semakin menurun, karena mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bermain  game online dibandingkan membaca buku atau melakukan aktivitas literasi lainnya.

Apabila dilihat dari peranannya, kemampuan literasi memiliki peran penting dalam kehidupan anak sehingga perlu dipelajari sejak dini. Literasi mencakup keterampilan untuk memperoleh pemahaman, mengakses, dan menggunakan informasi dengan bijak melalui berbagai kegiatan seperti membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, serta mengamati. 

Literasi juga berhubungan erat dengan kehidupan sosial. Individu yang memiliki kemampuan literasi yang baik akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain, sedangkan kurangnya kemampuan ini dapat menghambat interaksi sosial. Seiring dengan perkembangan seseorang, literasi dapat mendukung pertumbuhan kreativitas, memperluas wawasan, dan membentuk karakter yang bertanggung jawab serta berkepribadian baik.

Sayangnya, tingkat literasi membaca di Indonesia masih cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Berdasarkan laporan PISA 2022, skor literasi membaca Indonesia mengalami penurunan sebesar 12 poin dibandingkan dengan PISA 2018.

 Selain itu, skor Indonesia tertinggal 117 poin dari rata-rata skor literasi global. Lebih memprihatinkan lagi, hanya 25,46% siswa di Indonesia yang mampu mencapai standar kompetensi minimum dalam membaca menurut PISA. Untuk mengatasi masalah ini, salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan adalah menanamkan kebiasaan membaca dan kecintaan terhadap literasi sejak dini dengan memanfaatkan kekayaan sastra tradisional.

Apa Itu Sastra Tradisional?

Sastra tradisional adalah karya sastra yang muncul dari cerita-cerita yang telah menjadi bagian dari tradisi budaya. Cerita-cerita ini tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya, serta diceritakan secara turun-temurun melalui lisan. Beberapa bentuk sastra tradisional meliputi fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.

  • Fabel adalah cerita binatang yang diciptakan dengan memberi sifat dan perilaku manusia kepada binatang tersebut. Dalam cerita ini, binatang bertindak seperti manusia.
  • Dongeng rakyat (folktales) cerita tradisional yang diceritakan secara lisan dan diwariskan dari generasi ke generasi, dengan bentuk penyampaian yang tetap meskipun isinya bisa bervariasi.
  • Mitos adalah cerita yang berkaitan dengan kehidupan supranatural dan sering kali mengandung unsur kepercayaan tentang asal-usul manusia atau keturunan dewa.
  • Legenda memiliki kemiripan dengan mitologi, namun legenda sering kali berkaitan dengan kejadian sejarah yang dipercaya oleh masyarakat. Tokoh dalam legenda sering kali dianggap sebagai pahlawan yang terlibat dalam peristiwa bersejarah.
  • Epos adalah cerita panjang yang disajikan dalam bentuk syair (puisi) dan biasanya memiliki penulis yang tidak dikenal.. Cerita ini menggambarkan latar belakang masyarakat atau bangsa yang hidup di masa lampau, dengan waktu kejadian yang tidak dijelaskan secara rinci.

Karya-karya ini sering kali berisi nilai-nilai moral, pesan kehidupan, dan kearifan lokal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah cerita "Malin Kundang" dari Sumatra Barat yang mengajarkan pentingnya berbakti kepada orang tua atau kisah "Si Kancil" yang mengandung pesan kecerdikan dan kejujuran.

Mengapa Sastra Tradisional Penting untuk Literasi Anak?

Membaca sastra tradisional memiliki peranan yang penting dalam mendukung literasi anak. Sastra tradisional tidak hanya sekadar kisah kuno, tetapi juga sarana pembelajaran yang kaya akan nilai-nilai moral, budaya, dan estetika. Ada beberapa alasan mengapa sastra tradisional bisa menjadi jembatan yang efektif untuk membangun budaya literasi:

1. Penggunaan bahasa sederhana dan mudah dipahami

Sastra tradisional umumnya menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh anak-anak. Selain itu, gaya bahasa yang ritmis dan berulang, seperti dalam pantun dan tembang, membuat anak-anak lebih mudah mengingat isi cerita atau pesan yang disampaikan.

2. Mengajarkan nilai-nilai kehidupan

Sastra tradisional mengandung pesan moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh dan alur ceritanya sering menggambarkan konsekuensi dari perilaku baik dan buruk. Dengan membaca sastra tradisional, anak-anak dapat memahami nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, dan rasa tanggung jawab secara lebih menarik yang pada akhirnya membantu mereka dalam membangun karakter positif.

3. Meningkatkan Imajinasi dan Kreativitas

Sastra tradisional sering memuat unsur magis, simbolis, dan fantasi yang dapat merangsang daya imajinasi anak. Melalui cerita-cerita yang penuh warna dan keajaiban, anak didorong untuk berpikir kreatif dan melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas.

4. Memperluas Wawasan Sosial dan Budaya

Membaca sastra tradisional dari berbagai daerah atau bangsa memperkenalkan anak pada keragaman cara hidup, nilai-nilai, dan pandangan dunia masyarakat lain. Ini membantu mereka memahami keberagaman budaya, yang sangat penting di era multikultural saat ini.

5. Memberi Hiburan yang Mendidik

Selain memberikan nilai-nilai pembelajaran, sastra tradisional juga menawarkan hiburan yang mendidik. Dengan alur cerita yang seru dan karakter yang unik, maka anak dapat menikmati pengalaman membaca yang menyenangkan sekaligus bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun