Sebelum masuk ke inti tulisan, saya ingin mengatakan: Buat yang cowok, punya banyak mantan bukan berarti play boy. Buat yang cewek, punya banyak mantan juga bukan berarti cewek gampangan.
Semua adalah bagian dari proses pencarian "teman hidup" yang terbaik menurut versinya masing-masing. Maka, jika dalam kamus hidup Anda tidak mengenal kata "pacaran" dan "mantan", sebaiknya tidak perlu melanjutkan membaca tulisan ini.
Ada kalanya tiba-tiba terlintas dalam benak kita, kita membandingkan antara pasangan yang saat ini sedang bersama kita dengan seseorang di masa lalu, alias si mantan.
Bukan sengaja membandingkan, tapi terkadang ada momen tak terduga yang akhirnya membuat kita membandingkan antara keduanya.
Misalnya, saat ini pasanganmu tidak bisa mengemudikan motor. Sementara dalam benakmu mengatakan, "Payah banget nih cewek, ke mana-mana mesti ku antar. Cewekku yang dulu itu mandiri, bisa bawa motor sendiri."
Pikiran-pikiran yang terkesan membandingkan seperti itu, rasanya memang wajar jika terkadang muncul di benak kita. Tapi, tolong jangan pernah terang-terangan mengungkapkan perbandingan itu di depan pasangan yang baru, terutama ketika kalian sedang bertengkar.
Karena begitu nama si mantan "muncul" di tengah pertengkaran, suasana akan menjadi dingin. Seketika semua pembahasan soal masalah utama bisa hilang, terganti oleh rasa sakit karena dibandingkan. Dan kalimat yang terucap tanpa dipikirkan akibatnya, bisa-bisa meninggalkan luka yang membekas.
Mungkin ada banyak orang yang masih menganggap mantan sebagai tolok ukur. Seakan-akan hubungan yang dulu adalah standar, dan pasangan baru harus menyamainya atau bahkan melebihinya.
Padahal, cara berpikir seperti itu hanya akan merugikan diri kita sendiri. Kenangan manis dengan si mantan memang sering terlintas saat kita sedang bertengkar dengan pasangan yang baru. Terkadang kita lupa bahwa masalah akan semakin runyam, ketika kenangan itu dipakai sebagai tolok ukur untuk mengukur orang lain.
Hidup tidak seharusnya terus membandingkan masa lalu dan masa kini. Pasangan baru tentu punya hak untuk tetap dihargai. Jelas perasaannya akan terluka jika mendengar dirinya terus dibandingkan dengan seseorang di masa lalu.
Mungkin dia akan merasa, dirinya hanya sebatas pelarian dari hatimu yang sebenarnya belum sanggup move on dari masa lalu. Padahal, setiap orang hadir dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Jadi ketika pikiran-pikiran untuk membandingkan itu tiba-tiba muncul di benak kita, sebisa mungkin kita menahan diri untuk melontarkan ucapan-ucapan yang terkesan membandingkan dia dengan seseorang di masa lalu.
Saat bersama dengan si dia yang baru, membawa hal yang menyangkut mantan ke dalam obrolan saja, terkadang bisa menjadi masalah. Apa lagi, jika sampai membanding-bandingkan mereka.
Bahayanya tidak selalu terasa langsung. Tapi lama-lama, pasangan barumu akan merasa tidak pernah cukup di matamu. Apa pun yang dilakukannya terasa serba salah.
Jika akhirnya dia memilih pergi dari kita karena terus dibandingkan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menemukan versi terbaik dari dirinya, yang ternyata justru lebih baik dari si mantan.
Menurut saya, agar hubungan sekarang bisa berjalan lebih sehat adalah dengan belajar melepaskan standar lama. Mantan punya kisahnya sendiri, dan jelas itu sudah selesai. Pasangan yang sekarang punya caranya sendiri, dan itulah yang perlu kita hargai.
Cinta yang baru bukan untuk menyaingi cinta yang lama, tapi untuk memberikan pelajaran baru tentang bagaimana kita mencintai tanpa membandingkan, coba menerima dan menghargai tanpa mengungkit masa lalu.
Dan karena itulah, mantan tidak seharusnya dijadikan tolok ukur. Lebih baik fokus pada apa yang ada di depan mata, serta berusaha mencintai dengan cara yang baru.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI