Mohon tunggu...
Novianto
Novianto Mohon Tunggu... Human Resources - Wiraswasta

Hobi membaca, travelling, diskusi, motor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Rugi Adalaaah...

5 September 2022   08:00 Diperbarui: 5 September 2022   08:04 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir Agustus 2022 yg lalu saya ke Surabaya (dari Malang) sekitar jam 12:00-13:00an, dan begitu di tol saya stel Radio Suara Surabaya, portal berita dgn dominasi situasi lalu-lintas Surabaya dan kota penyangganya.

Bisa juga kota di Jatim lainnya bila ada pendengarnya yg menelpon live. Kalau di Jakarta mungkin Radio Elshinta yaa...

Diberitakan situasi lalu-lintas di Surabaya Barat yg macet krn ada truk mogok, kemudian diberitakan juga kepulangan anak sekolah, yg menjadi fokus - terutama yg dijemput - banyak yg tdk pake helm, mungkin rumahnya terhitung dekat, namun kt si penyiar, "Haloo... bagaimana bapak polisi, apakah perlu diadakan sosialisasi safety riding ke sekolah?". Hmm... ide brilian pikir saya. 

Kemudian lanjut kt penyiar, "Kalau nggak pakai helm misal terjadi kecelakaan maka yg rugi adalaaah............. si anak, orang tua dan keluarganya, he he he... bukan itu kelanjutannya, yg rugi adalah............. INDONESIA...!! Wauw, sebuah pemikiran besar dan visioner, batin saya. 

Kemudian lanjut si penyiar, "Mereka bagaikan kuncup bunga yg ditunggu mekarnya sebagai penerus kemajuan dan kejayaan bangsa. Warbiasah pikir sy, sebuah edukasi yg patut diapresiasi. 

Pindah jalur dulu...

Senada dgn kisah di atas, pada kisah polisi tembak polisi ada satu pendapat yg jg visioner, yaitu dari Prof.  Drs. Adrianus Eliasta Sembiring Meliala,  M.Si., M.Sc., Ph.D., seorang pakar kriminologi dan kepolisian dan juga dosen di Departemen Kriminologi Universitas Indonesia. 

Kata si Prof, dgn terlibatnya para polisi dr pangkat terendah (Bharada) hingga Jenderal bintang dua (Irjen) - yg sampai hari ini sudah hampir satu kompi yg  sudah dan sedang diperiksa maupun dipecat. 

Ini suatu kerugian yg sangat besar bagi Indonesia, karena berapa waktu yg dibutuhkan untuk mencetak hingga mjd berbintang  (ayo hitung mulai TK, rata 50 tahun), itu baru 1 orang,  ini hampir 1 kompi...!! Hitung kumulatif, ratusan tahun, brader...!!

Maka dibutuhkan sekian puluh tahun lagi untuk mencetak pengganti mereka, tentunya dgn pola rekrutmen, pendidikan, pembinaan, diklat, sespim, dll. yg perlu dibenahi agar outputnya tdk seperti yg sekarang ini. Belum lagi dr segi biaya, milyaran untuk mendidik dan membina.

Sebuah PR yg amat besar bagi Polri,  bagi pemerintah,  bahkan bagi unit terkecil, keluarga,  lingkungan,  bahkan pribadi, bagi Bangsa Indonesia agar  menjadi unggul semuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun