Mohon tunggu...
Novia Aulia Agustin
Novia Aulia Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

🌷

Selanjutnya

Tutup

Love

Cinta Segitiga di Dunia Kerja

22 Januari 2024   23:01 Diperbarui: 30 Januari 2024   15:58 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemeran Drama  :

Bhadrika Prabaswara, Seorang pria berusia 30-an. Penampilan rapi dengan pakaian bisnis. Figur yang penuh tekad dan memiliki sikap serius terhadap pekerjaan.

Danadyaksa Garjita, Seorang pria yang memikat dengan pesonanya. Rekan kerja Bhadrika di departemen marketing. Menunjukkan sikap setuju dan komitmen untuk menyelesaikan masalah.

Bhanuresmi Awahita, Seorang wanita muda yang cerdas dan pekerja keras. Terlibat dalam dunia pemasaran.
Merupakan pusat perhatian dalam kisah cinta segitiga ini.

Bapak Arnawama Aswanta, Manajer Marketing di perusahaan mereka. Bertanggung jawab atas kelancaran kerja tim marketing.

Ibu Pramesti Nareswari, Rekan dari department marketing yang bijak. Mengetahui permasalahan di tim dan mencoba membantu menyelesaikannya.


Bab 1:
Pintu berwarna cokelat mewah meluncur terbuka, mengungkapkan ruang meeting yang terletak di lantai 30 One Pacific Place Tower, Wat Saen Suk Hell Garden.

Langit-langit tinggi dan jendela kaca meliputi dinding, memberikan pemandangan megah kota metropolitan di bawahnya. Di tengah ruangan, meja bundar dari kayu mewah dipenuhi dengan dokumen-dokumen strategi pemasaran.


Bhadrika Prabaswara, seorang pria berusia 30-an dengan pakaian bisnis yang rapi, duduk di salah satu ujung meja, berdiskusi dengan Danadyaksa Garjita, rekannya di departemen marketing. Mereka tengah membahas rencana pemasaran baru yang akan diluncurkan. Di meja sebelah, terdapat seorang wanita muda bernama Bhanuresmi Awahita, yang duduk dengan tumpukan proposal di depannya.

Bhadrika: (tersenyum) Bhanuresmi memang luar biasa, ya?

Bhadrika melihat ke arah Bhanuresmi dengan penuh penghargaan. Danadyaksa, seorang pria dengan pesona yang memikat, mengangguk setuju.

Danadyaksa: (setuju) Benar, Bhadrika. Dia cerdas dan pekerja keras.

Bhanuresmi yang sedang fokus pada proposalnya, tidak bisa menghindar dari mendengar percakapan mereka. Dia tersenyum kecil, merasa senang atas pujian yang tak disangka-sangka.

Bhanuresmi: (berpikir) Mereka tak tahu bahwa mereka menyukai saya yang sama.

Di hari-hari berikutnya, ketidaknyamanan mulai tumbuh ketika Bhadrika dan Danadyaksa, tanpa sengaja, bertemu di Starbucks  Fuzhou setelah jam kerja. Ruang kafe yang hangat dan cahaya lembut menciptakan atmosfer yang membuat percakapan menjadi lebih pribadi.

Bhadrika: (canggung) Hei, Danadyaksa. Kenapa kita selalu berada di tempat yang sama?

Bhadrika mencoba tersenyum, tetapi kecanggungan terlihat di wajahnya. Danadyaksa menatapnya dengan senyuman misterius.

Danadyaksa: (tersenyum penuh arti) Mungkin karena kita memiliki selera yang sama.

Bhanuresmi, yang sedang duduk di sudut ruangan, menyaksikan pertemuan mereka dengan kebingungan. Dia merasa campur aduk dengan perasaan yang muncul di dalam dirinya, mengetahui bahwa hubungan di antara mereka bertiga semakin kompleks dan rumit.

Bab 2:
Stasiun Liege Guillemins terasa semakin sesak dengan para pekerja yang bersiap pulang setelah seharian bekerja. Bhadrika dan Danadyaksa, dua sosok pria yang selama ini akrab sebagai sahabat, kini terlibat dalam suatu kekacauan yang rumit. Keduanya hampir selalu bersama di stasiun ini, meskipun tanpa sengaja.

Bhadrika: (berusaha tersenyum) Hei, Danadyaksa. Rasanya seperti kita selalu bertemu di tempat ini.

Danadyaksa: (canggung) Ya, Bhadrika. Kebetulan, mungkin.

Bhanuresmi, yang melihat pertemuan mereka, merasakan kebingungan. Sementara itu, kecanggungan di antara Bhadrika dan Danadyaksa semakin menambah ketidaknyamanan.

Bhanuresmi: (berpikir) Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka? Kenapa mereka selalu di sini?

Di tengah hiruk-pikuk stasiun, persaingan tanpa kata-kata terjadi di antara Bhadrika dan Danadyaksa. Kedua pria itu berusaha memikat perhatian Bhanuresmi, masing-masing dengan caranya sendiri. Saling pandang tajam dan perlombaan tanpa ujung untuk menunjukkan kelebihan masing-masing menciptakan atmosfer yang tegang.

Bhanuresmi: (berpikir) Semua ini salahku. Mereka tak perlu bersaing.

Suatu hari, situasi tegang mencapai puncaknya. Kesalahpahaman kecil berkembang menjadi konflik besar akibat miss communication. Saat tim pemasaran mengalami kekacauan, Manager Marketing, Bapak Arnawama, memanggil mereka ke ruang rapat untuk klarifikasi.

Bapak Arnawama: (kesal) Apa yang terjadi dengan kinerja tim kalian belakangan ini? Miss communication, ketidakharmonisan---sudah cukup!

Bhadrika dan Danadyaksa, yang merasa tertekan oleh situasi, mencoba menjelaskan.

Bhadrika: (bercoba menjelaskan) Maaf, Pak Arnawama, ini hanya masalah kecil.

Danadyaksa: (menimpali) Kami akan segera menyelesaikannya.

Bapak Arnawama, dengan ekspresi wajah yang tak puas, meninggalkan ruang rapat. Kembali ketegangan terasa di antara mereka.

Bapak Arnawama: (serius) Saya ingin solusi cepat. Tim harus bekerja dengan harmonis, bukan malah menciptakan masalah lebih banyak.

Bapak Arnawama pergi meninggalkan ruang rapat dengan langkah cepat, meninggalkan suasana hening dan ketidakpastian di antara Bhadrika, Danadyaksa, dan Bhanuresmi. Konflik di antara mereka bukan hanya sekadar masalah pribadi, tetapi telah meluas hingga ke dalam pekerjaan mereka sebagai tim marketing. Mereka menyadari bahwa kekacauan pribadi mereka merugikan tim dan perlu segera diatasi untuk memulihkan kerjasama yang harmonis.

Bab 3
Ruang rapat lantai 30 tampak hening ketika Bhadrika, Danadyaksa, dan Bhanuresmi duduk bersama di sekitar meja oval yang elegan. Derasnya sinar matahari sore menyoroti tata ruang modern One Pacific Place Tower, menciptakan aura ketegangan yang terabaikan sejak pertemuan mereka di Starbucks Fuzhuo.

Bhadrika: (serius) Kita harus menyelesaikan ini. Kita tim.

Wajah Bhadrika mencerminkan tekad untuk mengatasi masalah yang telah menghiasi hari-hari mereka dengan ketidakpastian.

Danadyaksa: (setuju) Bhadrika benar. Kita harus fokus pada pekerjaan, bukan saling bersaing.

Danadyaksa, dengan suara mantap, menyampaikan dukungannya untuk merestorasi harmoni di antara mereka. Tatapannya memperlihatkan kesediaannya untuk meninggalkan rivalitas yang tak produktif.

Bhanuresmi: (tersenyum) Terima kasih, kalian berdua. Kita harus menyelesaikan pekerjaan ini bersama-sama.

Senyuman Bhanuresmi, meski tipis, mengandung harapan bahwa mereka dapat kembali bekerja sebagai tim yang efisien. Kedua pria itu menyadari bahwa kekacauan pribadi mereka mempengaruhi kinerja tim, dan Bhanuresmi bersedia berkontribusi pada pemulihan keharmonisan tersebut.

Seiring rapat berlanjut, mereka menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas pemasaran yang tertunda. Meskipun masih ada ketegangan di udara, terlihat usaha keras dari masing-masing individu untuk menempatkan profesionalisme di atas emosi pribadi.

Pada akhirnya, ketegangan mencapai puncaknya ketika salah satu rekan dari department marketing, Ibu Pramesti, tanpa sengaja mengetahui kisah cinta segitiga di antara mereka. Dalam pertemuan tim yang diadakan secara mendadak, Ibu Pramesti dengan bijak mengajak mereka ke ruangannya.

Ibu Pramesti: (dengan kepala dingin) Saya sudah tahu. Ini bukanlah sesuatu yang seharusnya mengganggu kinerja tim. Kalian semua harus menyelesaikan masalah pribadi kalian di luar kantor.

Ketiga mereka mengangguk setuju, menyadari bahwa profesionalisme mereka yang lebih tinggi harus mendahului persoalan pribadi. Mereka kembali ke ruang rapat dengan tekad untuk menyelesaikan pekerjaan mereka tanpa terpengaruh oleh hubungan pribadi yang rumit.

Seiring berjalannya waktu, Bhadrika dan Danadyaksa, dengan tekun, fokus pada pekerjaan mereka sebagai anggota tim marketing. Meskipun masih ada sisa-sisa ketegangan, mereka berdua merasa lebih nyaman dengan batasan profesionalisme. Di sisi lain, Bhanuresmi memutuskan untuk memberikan fokus lebih pada pengembangan diri, mengejar pelatihan dan kursus untuk meningkatkan keterampilan profesionalnya.

Meskipun cinta segitiga ini tidak pernah mendapatkan penyelesaian sempurna, mereka menyadari bahwa kehidupan pribadi dan profesional haruslah tetap terpisah. Cinta tidak selalu harus menghancurkan hubungan kerja, dan pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka tentang pentingnya batasan dan profesionalisme di lingkungan kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun