Mohon tunggu...
Noveriani Telaumbanua
Noveriani Telaumbanua Mohon Tunggu... MAHASISWA

Suka obrolan lebih mendalam dari pada basa-basi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada yang Tak Terucap, Tapi Selalu Ku tatap: Pagi di Jendela Asrama

20 Juli 2025   20:12 Diperbarui: 20 Juli 2025   20:14 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang menatap pagi dari jendela kamar asrama (Sumber : Dokpri Noveriani Telaumbanua 

Cerita di Pagi Hari 

Bayangan langit perlahan berubah dari kelabu menjadi keemasan. Aku berdiri di depan jendela kamar asrama, memandang matahari yang muncul malu-malu di antara gorden yang belum sempurna tersibak. 

Ini bukan pagi pertama yang kusambut sendiri, tapi setiap pagi selalu memberi kesan baru, terutama pada saat tidak ada siapa-siapa, selain diriku sendiri dan secuil harapan yang terselip di antara embun.

Tidak ada percakapan. Tidak ada suara. Tapi ada sesuatu yang tetap mengisi ruang kerinduan, ingatan, dan mungkin... doa-doa yang tidak sempat terucap.

Pagi yang Mengajarkan Diam

Hidup di asrama bukan hanya tentang berbagi kamar atau saling menyesuaikan jadwal mandi. Kadang, bagian yang paling sunyi adalah saat pagi datang terlalu cepat, saat teman sekamar masih terlelap dan dunia belum benar-benar bangun.

Dari jendela itu, aku menemukan ruang untuk mendengar diriku sendiri. Bukan suara, tapi gema dari hati yang jarang diberi waktu bicara. Pagi sepi menjadi tempatku menyusun kembali alasan bertahan dan tujuan berjalan.

Kerinduan yang Tidak Pernah Usai

Entah kenapa, jendela asrama selalu terasa menghadap ke arah rumah. Mungkin karena setiap kali aku memandang ke luar, yang terlintas bukan hanya langit, tapi juga wajah orang-orang yang kutinggalkan. Mamah di dapur. Ayah di teras. Adik yang masih merengek tidak mau berangkat sekolah.

Ada rasa rindu yang tidak bisa ditulis dalam chat. Tidak bisa dikemas dalam kiriman barang. Hanya bisa disalurkan lewat pandangan pagi dan doa yang pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun