Mohon tunggu...
Pujangga Berkuda
Pujangga Berkuda Mohon Tunggu... Novelis - Sastra itu candu

Founder KLBI (Komunitas Literasi Bahasa Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dikotomi Sains dan Agama

11 Juli 2020   08:25 Diperbarui: 11 Juli 2020   08:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ayat Al-Quran pertama kali yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Salam adalah Surat Al'Alaq ayat 1-5 :

 

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (manusia).

Makna dari ayat di atas adalah seruan membaca dan menulis sebagai perantara manusia untuk belajar, dan mengetahui bahwa akal yang dianugerakan oleh Allah SWT kepada umat manusia tidak serta-merta membuat manusia mengetahui segala-galanya.

Pada ayat yang kelima, dijelaskan bahwa Allah SWT mengajarkan manusia mengenai apa yang tidak diketahuinya. Maksud dari penggalan "apa yang tidak diketahuinya" adalah sesuatu yang belum pernah diketahui oleh umat manusia seperti bagaimana mereka diciptakan, untuk apa mereka diciptakan, dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan dikotomi antara pengetahuan dan agama di masa kini, bagaimana mengatasi hal tersebut agar tidak membengkak dan menjadi momok yang menakutkan bagi manusia, terutama umat Islam? Jawabannya adalah dengan membentuk pribadi muslim yang moderat dan progresif.

Moderat memiliki maksud tidak mudah memberi predikat salah terhadap sesuatu atau tidak merasa dirinya paling benar sehingga bebas melakukan apa saja terhadap yang menurutnya salah. Moderat merupakan kunci pertama seorang muslim, khususnya muslimin dan muslimat di negara Indonesia yang memiliki keberagaman suku, budaya, adat istiadat, dan agama.

Pembentukan pribadi muslim yang moderat dapat menghidupkan lingkungan yang penuh toleransi, sehingga gotong-royong dan kerja sama antar masyarakat dapat terjalin dengan baik tanpa membeda-bedakan kasta, kedudukan, dan kepercayaan.

Segala kegiatan yang dilakukan dalam lingkungan muslim yang moderat dapat diambil dengan jalan tengah yang tidak saling menyakiti atau merugikan salah satu pihak.

Setelah berhasil menjadi muslim yang moderat, maka tahap selanjutnya ialah menjadi muslim yang progresif, dalam arti meyakini sesuatu yang dapat dibuktikan oleh ilmu pengetahuan tanpa mengurangi keyakinannya terhadap apa yang Islam ajarkan. Justru dengan sikap progresif ini, seorang muslim semakin kuat keimanannya, mengetahui bahwa Allah SWT yang menciptakan proses-proses alamiyah atau yang akrab kita sebut dengan sunnatullah (hukum alam).

Dengan diterapkannya sikap moderat dan progresif pada diri masing-masing muslimin dan muslimat di Indonesia---bahkan di seluruh dunia, dikotomi antara sains dan agama tidak akan terjadi lagi karena umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu, dan itu tidak hanya sebatas lingkaran Islam saja, tetapi ilmu pengetahuan lainnya yang Allah SWT datangkan untuk keberlangsungan hidup manusia juga harus dipelajari karena Allah SWT menanamkan kelebihan dalam tiap-tiap diri manusia agar diolah dengan baik sehingga mereka menjadi ahli dengan kelebihan tersebut.


Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun