Mohon tunggu...
Nova Nur Fadhillah
Nova Nur Fadhillah Mohon Tunggu... Mahasiswi Pendidikan Guru Madasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mahasiswi Pendidikan Guru Madasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. NIM : 22104080051 Hobi saya adalah membaca dan editing.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kuliah Biasa, Tapi Lahirkan Pertunjukkan yang Luar Biasa

23 Juni 2025   22:15 Diperbarui: 24 Juni 2025   12:56 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vidyarpana (Sumber : Dokpri)

Siapa sangka sebuah mata kuliah yang terlihat biasa-biasa saja di awal semester bisa melahirkan pertunjukan seni yang luar biasa? Inilah kisah luar biasa dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) angkatan 2022 semester 4 UIN Sunan Kalijaga. Dalam rangka memenuhi tugas akhir dari mata kuliah SBdP (Seni Budaya dan Prakarya), mereka berhasil mempersembahkan pentas seni bertajuk "Vidyarpana", sebuah pertunjukan teater yang tak hanya menggugah rasa, tetapi juga meninggalkan jejak kenangan yang tak akan pernah pudar.

Mata kuliah SBdP bukan sekadar teori tentang seni, tapi menuntut keterlibatan penuh mahasiswa dari awal hingga akhir. Tidak hanya belajar tentang estetika dan ekspresi, mahasiswa PGMI ditantang untuk mewujudkan pemahaman mereka ke dalam bentuk konkret berupa pertunjukan seni. Proses ini pun memakan waktu satu semester penuh, dimulai dari tahap konseptual hingga pementasan.

Yang membuatnya begitu luar biasa adalah karena pertunjukan ini dirancang, disusun, dan dipentaskan sepenuhnya oleh mahasiswa. Selama satu semester, mereka membagi waktu antara kelas, organisasi, dan latihan intensif untuk mewujudkan pertunjukan yang layak ditonton dan dikenang. Setiap minggu, setidaknya tiga hingga empat kali latihan dilakukan secara rutin. Bahkan, menjelang hari H, latihan dilakukan lebih sering dengan intensitas yang lebih tinggi. Mereka tidak hanya mempersiapkan aksi panggung, tapi juga menyiapkan segala sesuatu yang mendukung jalannya pertunjukan seperti properti, kostum, tata rias, hingga tata panggung.

Pentas seni Vidyarpana ini terbagi dalam tiga pertunjukan utama dari tiga kelas, masing-masing dengan judul: Muslihat Sengkuni, Tahta Petaka, dan Serupa Wadas. Ketiga pertunjukan ini menampilkan beragam tema dan karakter, tetapi semuanya tetap dalam benang merah seni yang menggugah dan mendidik. Mahasiswa tidak hanya menjadi aktor, melainkan juga menjadi penulis naskah, sutradara, penata panggung, hingga pengelola tiket dan promosi acara. Ini benar-benar mencerminkan pembelajaran berbasis proyek yang komprehensif.

Muslihat Sengkuni (Sumber : Dokpri)
Muslihat Sengkuni (Sumber : Dokpri)

Yang tak kalah membanggakan, dalam prosesnya mahasiswa PGMI juga berkolaborasi dengan mahasiswa dari universitas lain. Kolaborasi ini tidak hanya memperluas jaringan dan pengalaman, tetapi juga membawa warna dan perspektif baru dalam pementasan. Kebersamaan, koordinasi, dan semangat gotong royong menjadi kunci sukses dalam menyatukan berbagai elemen menjadi satu pertunjukan yang utuh dan mengesankan.

Nama "Vidyarpana" sendiri memiliki makna filosofis yang dalam. Kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta, yang bisa dimaknai sebagai "persembahan Pendidikan" . Nama ini bukan dipilih sembarangan, melainkan menjadi simbol bahwa pertunjukan ini adalah Persembahan ini ada karena tuntutan pendidikan dan persembahan ini mengangkat sedikit isu pendidikan.

Proses panjang ini juga memperlihatkan bagaimana mahasiswa PGMI mampu mengatur manajemen acara secara profesional. Mereka membentuk panitia acara, membuat proposal, mencari sponsor, menjual tiket, mengatur publikasi, hingga mendokumentasikan kegiatan melalui siaran langsung di kanal YouTube. Tidak hanya sebagai ajang ekspresi seni, acara ini juga menjadi media pembelajaran tentang kepemimpinan, tanggung jawab, dan kerja tim yang sesungguhnya.

Saat hari pertunjukan tiba, suasana penuh semangat dan antusiasme menyelimuti ruangan. Panggung megah yang sebelumnya hanya dibayangkan, kini berdiri nyata dengan hiasan dan tata cahaya yang memukau. Penonton yang hadir, baik dari kalangan dosen, mahasiswa, hingga masyarakat umum, tampak terpukau dan terhanyut dalam setiap adegan. Tawa, tangis, decak kagum, dan tepuk tangan bergantian mengisi ruangan, menciptakan momen yang tak tergantikan.

Mahasiswa PGMI Angkatan 22 (Sumber : Dokpri)
Mahasiswa PGMI Angkatan 22 (Sumber : Dokpri)

Setiap detail diperhatikan dengan sangat serius. Kostum disesuaikan dengan karakter, tata rias dipelajari secara otodidak namun hasilnya menakjubkan, properti dibuat sendiri dari bahan-bahan sederhana, tetapi tampil estetik dan fungsional. Tak jarang dalam proses pembuatannya, mahasiswa harus mengorbankan waktu istirahat malam demi mengecat latar panggung atau menjahit kostum secara manual.

Yang paling membekas tentu bukan hanya penampilan itu sendiri, tapi proses panjang di baliknya. Mahasiswa merasa bangga dan haru melihat hasil jerih payah mereka membuahkan pertunjukan yang begitu bermakna. Ada rasa tak percaya bahwa mereka mampu menampilkan sesuatu yang begitu besar dan berkesan. Emosi haru menyelimuti ketika seluruh tim berdiri di panggung pada akhir acara, mengucapkan terima kasih, dan menerima tepuk tangan panjang dari penonton.

Siaran langsung melalui YouTube pun menjadi bagian penting dalam mendokumentasikan momen ini. Tayangan itu bukan hanya untuk konsumsi penonton yang tidak hadir secara langsung, tetapi juga sebagai dokumentasi abadi bahwa suatu hari, para mahasiswa ini pernah membuat sejarah kecil di masa perkuliahan mereka. Sebuah sejarah yang tak akan pernah hilang meski waktu terus berjalan.

Pentas seni Vidyarpana menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran tidak selalu harus terjadi di dalam ruang kelas. Ketika mahasiswa diberi ruang untuk berkreasi dan mengekspresikan diri, mereka mampu menghasilkan karya yang luar biasa. Tidak hanya nilai akademik yang didapat, tetapi juga pengalaman emosional, mental, sosial, dan spiritual yang jauh lebih berharga.

Bagi mahasiswa PGMI angkatan 2022 semester 4, pertunjukan ini bukan hanya tugas akhir mata kuliah. Ini adalah perjalanan emosional, pengalaman hidup, dan bukti bahwa kerja keras, kerja tim, dan semangat belajar bisa menghasilkan sesuatu yang begitu membanggakan. Vidyarpana bukan sekadar pentas seni. Ia adalah kenangan kolektif, simbol perjuangan, dan bukti bahwa "kuliah biasa" pun bisa melahirkan sesuatu yang luar biasa.

Kini, setelah pertunjukan selesai dan lampu panggung telah dipadamkan, yang tersisa bukan kelelahan, tetapi rasa haru dan bangga. Mereka tidak menyangka bahwa dari sebuah mata kuliah yang awalnya terasa akademis dan formal, bisa muncul pentas megah yang menyentuh hati banyak orang. Vidyarpana telah membuktikan, bahwa dalam dunia pendidikan, kreativitas dan semangat adalah bahan bakar utama untuk menciptakan pengalaman belajar yang tak terlupakan.

Kelak, ketika mereka telah lulus dan menapaki kehidupan masing-masing, pentas Vidyarpana akan menjadi salah satu cerita paling berharga yang pernah mereka miliki. Sebuah kenangan indah yang tidak akan pernah pudar oleh waktu---kenangan tentang bagaimana tugas kuliah biasa bisa melahirkan pertunjukan yang luar biasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun