Mohon tunggu...
Noto Susanto
Noto Susanto Mohon Tunggu... Dosen - Menata Kehidupan

Saya Sebagai Dosen, Entrepreneurship, Trainer, Colsultant Security dan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sahur H+4 Telepon Kedua Orangtua dan Mertua

16 April 2021   09:34 Diperbarui: 16 April 2021   09:40 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: asmistansa.ac.id


Oleh : Noto Susanto, SE, MM, CSTMI, CPHCM, CNHRP, CHLP, CPS.

Sesungguhnya komunikasi itu sangatlah penting? Walaupun jarak jauh dengan menggunakan smartphone, namun kedekatan dan keakraban bisa dirasakan baik yang menelpon maupun yang menerima telpon.

Komunikasi melalui telpon Bagian mengungkapkan perasaan hati dan pikiran untuk menyampaikan hal apa saja yang  dilakukan atau yang belum dilakukan. Kesempatan kali ini saya bersama istri berkomunikasi dengan orang tua baik kedua orang tua kandung maupun mertua.

Jarak jauh memang menjadi tantangan dan perjuangan terutama bagi perantau terutama yang saya alami saat ini, bertemu hanya mendengarkan suara kadang-kadang video call itupun kalau ada sinyal kedua orang tua yang ada di kampung.

Perasaan rindu tentunya bisa dirasakan semua orang yang mengalami jauh dari kedua orang tua baik yang sebagai perantau maupun yang sudah menetap di tempat tinggal tertentu. Namun berbicara hati dan perasaan pasti sama ingin bertemu dengan kedua orang tua walaupun jaraknya jauh.

Situasi sahur hari keempat saya telpon kedua orang tua, kebetulan sedang melaksanakan sahur dalam kondisi sehat dengan sinyal terputus-putus. Namun suara yang didengarkan sangat senang bahwa kedua orang tua masih bisa menikmati santapan makanan sahur.


Dalam pembicaraan lewat telpon kedua orang tua menanyakan cucunya "Nayla" mana ? Nayla sedang tidur dan tidak mengikuti sahur, tidak seperti biasanya karena anak remaja tidak keliling untuk membangunkan warga di khwatirnya takut Kesiangan.

"Nayla" sebagai cucu memang selalu ditanya dan sebagai penghubung juga lamanya berkomunikasi heheh...Nayla dengan neneknya kadang-kadang kurang nyambung karena nenek menggunakan bahasa kampung sedangkan Nayla baru bisa belajar ngomong atau bicara, tapi semua menjadi bahagia sembari canda tawa.

Lanjut dengan istri ngobrol dengan mertuanya menanyakan kabar dan lebaran ini pulang kampung gk "ungkap ibu" istri menjawab melihat situasi karena larangan pemerintah yang melarang mudik. Begitu besar harapan ibu untuk bisa pulang kampung karena rencananya bapak ingin mau potong kerbau sebelum H-1 lebaran nanti.

Potong kerbau memang menjadi budaya dan kesenangan bapak, mengapa demikian karena selain menghasilkan uang dari jual daging kerbau tersebut tentunya mendapatkan daging yang banyak. Dengan demikian daging tersebut untuk di makan bersama-sama anak, istri dan cucu "ungkap ibu dan bapak".

Selanjutnya kembali menelpon mertua ngobrol menanyakan kabar, kebetulan kondisi mertua sedang sakit bagian kepala sudah dari beberapa Minggu yang lalu. Alhamdulillah masih bisa menikmati makan sahur juga, walaupun secara umur memang tidak muda lagi dan sakit kepalanya sudah menjadi rutinitas setiap bulannya "Ungkap Mertua".

Do,a dari menantu dan anak semoga lekas sembuh sedia kalah dan bisa melaksanakan ibadah bulan puasa, baik itu puasa, sholat lima waktu, tarawih , dan kegiatan ibadah lainnya. Pertanyaan yang sama antara ibu dengan mertua menanyakan cucunya "Nayla" jawaban juga masih tidur.

Harapan sama juga dari mertua semoga bisa pulang kampung atau mudik saat lebaran nanti. Hal ini menjadi pikiran bagaimana caranya bisa pulang kampung jika ada kelonggaran aturan dari pemerintah.

Selanjutnya cerita diatas akan penulis gabungkan dalam kegiatan "Aksi Asia Indosiar" pasti bertanya-tanya mengapa dihubungkan dengan Aksi Asia? Kegiatan ini kumpulan ustadz dan ustadzah perwakilan dari 5 Negara Asia seperti Indonesia, Brunai Darussalam, Singapura, Timor Leste, dan Malaysia.

Perwakilan dari Indonesia ustadz Wardi sebagai pemenang 4 besar "Aksi Asia" tahun 2019 lalu, kemudian malam ini ustadz Wardi menyampaikan isi ceramahnya tentang "Pulanglah" ingat kedua orang tua dan mudik ke kampung halaman.

Terjemahan menurut penulis adalah bahwa pulang kampung atau mudik bagian salah satu anak yang berbakti kepada kedua orang tua, sejujurnya dengan anaknya bisa mudik dan pulang kampung bukan karena uang dan harta juga "Bukan harapan dari kedua orang tua" namun yang paling penting agar bisa berkumpul dengan anak dan saudara lainnya.

Memang adanya seperti itu, apabila tidak bisa pulang kampung atau mudik menjadi sedih yang mendalam baik dari anak maupun yang dirasakan kedua orang tua. Ditengah keramaian terasa sepi mendengar bedug dan takbiran membuat hati menangis dan teringat orang yang paling kita sayangi.

Ustadzah Dede Rosidah atau lebih terkenal "Mamah Dedeh" sebagai komentator sangat terharu dan menangis karena mendengar isi ceramah dari ustadz Wardi. Artinya agar kita ingat mudik dan pulang kampung untuk bertemu kedua orang tua.

Lanjut "Ungkap Mama Dedeh" bahwa seorang bapak dan ibu sangat mengharapkan seorang anaknya dalam situasi lebaran yang fitri untuk bisa berkumpul bersama keluarga, ingatlah seorang anak bahwa kedua orang tua anda tidak menginginkan uang dan harta dan pesan kepada anak jangan menunggu uang banyak baru mau pulang kampung atau mudik.

Kemudian disadari juga oleh "Mamah Dedeh dan ustadz Wijayanto" bahwa pulang kampung atau mudik masih dilarang oleh pemerintah dengan alasan mengurangi penyebaran Covid-19. Akan tetapi, sangat berharap juga agar pemerintah memberikan kebebasan untuk bisa mudik bertemu dengan kedua orang tua Anda masing-masing.

Dari uraian diatas dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1.Telpon situasi bulan puasa membangun suasana kenikmatan kedua orang tua dan anak walaupun jarak jauh di perantauan.

2.Telpon situasi bulan suci ramadan membawa diri untuk saling merindukan tentunya menuju lebaran bisa pulang kampung atau mudik.

3.Telpon situasi saat sahur mengingatkan kita semua bahwa komunikasi itu penting untuk dilakukan terutama terhadap kedua orang tua.

4.Telpon adalah sarana untuk meredamkan rasa rindu karena tida bisa bertatap muka dengan waktu yang cukup lama.

Semoga membawa inspirasi dan bermanfaat untuk orang lain, jika ada kekeliruan mohon dimaklumi.

Salam Telpon Bulan Suci Ramadan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun