Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Supriyadi, Sang Penakluk Ibu Kota

28 Juli 2021   06:25 Diperbarui: 28 Juli 2021   06:33 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Supriyadi pedagang kelontong keliling di Jakarta. (Foto: Norman Meoko)

Namanya Supriyadi. Ia mengaku asal Kebumen, Jawa Tengah. Usianya sudah tidak muda lagi. Namun, perangainya yang ceria dan suka membuang humor serta tertawa lepas membuat sulit menebak umurnya.

Supriyadi hanya pria biasa tetapi semangatnya bertarung di Ibu Kota Jakarta yang keras ibarat baja, sungguh luar biasa! Patut diacungkan jempol deh.

"Ke Jakarta jangan modal tempe," kata Supriyadi yang sehari-hari memilih sebagai pedagang kelontong keliling di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Ya pria berwajah hitam manis ini menapaki hidup di Jakarta sebagai pedagang kelontong keliling dengan gerobaknya.

Tak tanggung-tanggung ia datang ke Jakarta sejak 1970 lalu."Jakarta ketika saya datang tak seramai sekarang ini. Dulu masih sepi. Lalu-lintas tak semrawut kaya gini," tuturnya.

Pelanggan tetap Supriyadi kebanyakan pekerja proyek di kawasan Menteng Jakarta Pusat. Ada juga pembantu rumah tangga yang hanya beli jepitan rambut. Ada juga yang membeli cermin untuk ngaca.

Baginya, selama masih ada proyek apartemen atau gedung perkantoran maka selama itu, Supriyadi masih anteng. Karena dari sana fulus akan mengalir deras. Dia beruntung banyak pekerja proyek apartemen yang berasal dari Kebumen Jawa Tengah.

"Gusti Allah baik," katanya lagi.

Saya ngobrol dengan Pak Supriyadi di sebuah taman di Situbondo Menteng Jakarta Pusat. Ketika itu dia tengah mengasoh usai keliling menjajakan barang dagangannya.

Dia bangga menjadi pedagang kelontong keliling di Jakarta. Ia membuang jauh-jauh gengsinya. Kebanggaan itu kian memuncak karena boleh jadi dia menjadi pedagang kelontong keliling yang mampu bertahan sejak zaman Gubernur Jakarta Sutiyoso hingga Jokowi bahkan sekarang ini zaman Gubernur Anies Baswedan.

Ditanya soal untung, Supriyadi cuma membuang senyum."Lihat saya nih. Hingga kini masih bisa senyum dan tertawa lepas...hahahahahaha."

Ia mengaku tidak takut dengan kondisi apapun. Dia masih percaya tangan Gusti Allah masih dekat dengan mereka yang papah yang kadang dipandang sebelah mata.

Karena hari mulai senja. Saya pamit. Supriyadi mengaku senang ngobrol dengan saya."Kalau kita ngobrol ya sore saja di taman dekat Situbondo ini ya," pesannya.

"Siap Pak," jawab saya.

Tak ada kata perpisahan bagi orang seperti Supriyadi. Ia meninggalkan kampung halamannya di Kebumen Jawa Tengah. Berpisah dengan anak dan istrinya demi sesuap nasi. Demi sebuah masa depan yang penuh harapan.

Gerobak terus didorong. Hari berganti hari. Saya bergegas ke Stasiun Kereta Cikini, Jakarta Pusat. Supriyadi pun angkat kaki. Kembali melangkah: menanti rezeki di balik roda-roda gerobaknya. Dia memberi nama gerobaknya: Toko Wara-wiri Kebumen.

Pandemi Covid-19 boleh datang tetapi semangat Supriyadi tetap tidak pernah kendor! Gerobak dorong pria asal Kebumen itu tetap wara-wiri meski rezeki tidak sebanyak dulu. Dia tetap selalu menebar senyum walau kondisi sedang tidak baik-baik amat.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun