Ditanya soal untung, Supriyadi cuma membuang senyum."Lihat saya nih. Hingga kini masih bisa senyum dan tertawa lepas...hahahahahaha."
Ia mengaku tidak takut dengan kondisi apapun. Dia masih percaya tangan Gusti Allah masih dekat dengan mereka yang papah yang kadang dipandang sebelah mata.
Karena hari mulai senja. Saya pamit. Supriyadi mengaku senang ngobrol dengan saya."Kalau kita ngobrol ya sore saja di taman dekat Situbondo ini ya," pesannya.
"Siap Pak," jawab saya.
Tak ada kata perpisahan bagi orang seperti Supriyadi. Ia meninggalkan kampung halamannya di Kebumen Jawa Tengah. Berpisah dengan anak dan istrinya demi sesuap nasi. Demi sebuah masa depan yang penuh harapan.
Gerobak terus didorong. Hari berganti hari. Saya bergegas ke Stasiun Kereta Cikini, Jakarta Pusat. Supriyadi pun angkat kaki. Kembali melangkah: menanti rezeki di balik roda-roda gerobaknya. Dia memberi nama gerobaknya: Toko Wara-wiri Kebumen.
Pandemi Covid-19 boleh datang tetapi semangat Supriyadi tetap tidak pernah kendor! Gerobak dorong pria asal Kebumen itu tetap wara-wiri meski rezeki tidak sebanyak dulu. Dia tetap selalu menebar senyum walau kondisi sedang tidak baik-baik amat.(*)