Mohon tunggu...
Nopi Maiyanti
Nopi Maiyanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Semuanya Bermula Dari Restumu Ibu

19 Mei 2015   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kisahku, berawal dari banyak ajakan untuk melamar sebagai pendidik di salah satu sekolah swasta yang berkonsep islami yang baru berdikari saat itu, otomatis siapa saja yang bakal lolos seleksi, mereka adalah perintis bagi sekolah yang mempunyai visi membangun karakter soleh dan mandiri pada diri anak-anak. Saya dan beberapa teman-teman yang satu kelompok dalam KKN (Kuliah Kerja Nyata) ingin mencoba peluang besar ini. Sebelumnya saya kurang berminat terhadap tawaran itu, menjadi Guru SD atau TK. Dilihat dari kemampuan saya yang belum mumpuni, ilmu dalam mendidik pun masih begitu kerdil, apalagi pengalaman mengajar. Sempat tarik ulur atas satu keputusan ini, terus saya pun memantapkan diri dengan meminta saran kepada Ibu terkasih, segeralah saya meminta izin dengan ketua Kelompok. Berangkatlah pagi-pagi dari lokasi KKN ke rumah lumayan cukup jauh, sekitar 30 menit perjalanan, sebenarnya sih..bukan hanya itu tujuannya tapi ada urusan penting juga untuk pulang kerumah.

Sesampainya dirumah, kebetulan ibu lagi nyantai sambil sarapan pagi sendirian. Lalu kusapa ibu, “Assalamu’alaikum..” didahulukan kata pengantar dengan cerita keadaan Posko KKN, barulah masuk dalam pokok bahasan (cie makalah kalee...) “Bu..ada lowongan pekerjaan Guru SD/ TK. Bagaimana menurut ibu? dengan santai ibu menjawab, “Ya dicoba saja, ini kesempatan baik dari pada nanti lulus kuliah belum dapat pekerjaan?”... “Hemmm...ini ngajar SD/ TK lho Bu..?” “Iya, dicoba saja dulu.. kalau lulus alhamdulillah, atau blm lulus ya yang penting sudah usaha”. “Ya..sudah Bu, mohon doa & restunya saja” walaupun dalam hati masih sedikit ragu. Tapi melihat keyakinan ibu, berbuah semangat untuk mengambil kesempatan ini. Siang harinya, kebetulan ada kakak, mintalah pendapat darinya. Alhamdulillah mendapat dukungan positif. Ada satu lagi yang memantapkan pilihanku yaitu murobbiku, ia yang pertama-tama yang menyarankan saya untuk mengambil peluang ini.

Bismillah sore harinya, saya otw ke posko. Membawa beberapa persyaratan yang diperlukan. Malamnya kami bergadang menyiapkan syarat lamaran itu, mulai dari daftar riwayat hidup, nilai terakhir karena kami belum menyandang gelar Strata 1, RPP, dan lainnya. Semangat luar biasa yang tersalurkan oleh teman-teman seperjuangan. Subuh pun sudah tiba, bergegas kami menyiapkan stamina yang semalaman kami tanpa istirahat. Usai sholat subuh, kami antrian mandi dan dilanjutkan dengan sarapan. Semua sudah siap, “Bismillahi tawakaltu alallah lahaula wala kwata ilabillah”.

Ada cerita lucu sedikit selama perjalanan hehe.. (belum cerita koq ketawa?). saat dimobil tidak tau mengapa badan memang kurang sehat mungkin efek begadang semalaman. Al-hasil.. mabok diperjalanan. Hadeww...catatan perjuangan ini ada-ada saja. Penumpang lain pun keheranan, mungkin dibenak mereka berkata “masak dekat gini koq dah mabok, masuk angin kali yee”..

Alhamdulillah akhirnya sampai tujuan. Mudah-mudahan kondisi badan tidak mengganggu konsentrasi dalam tes. Ternyata kelompok kami adalah yang ditunggu-tunggu (hehe maklum telat). Setelah menyerahkan hasil tes yang pertama kami jalani, dan dilanjutkan dengan tes berikutnya. Selanjutnya jam istirahat sholat dan makan. Saat penghujung sholat, saya panjatkan doa penuh harap dan pasrah “Ya Robb, Jika dengan lulus seleksi adalah jalan terbaik yang Engkau pilihkan, maka berilah kemudahan dalam menggapainya .. Jika tidak, maka hamba yakin pilihan-Mu adalah ketentuan terbaik bagi hamba.”

Lanjut tes berikutnya yaitu simulasi dan microtheaching. Wow...begitu mindernya saya dengan peserta lainnya. Mereka begitu piawai dalam mengajar, lemah lembut dalam bertutur kata, kata-katanya tertata dengan baik, begitu pandai dalam pengelolaan kelas, dan bisa memposisikan diri menjadi sosok guru yang menarik. Giliran saya pun tiba, ya mencoba rileks dan senyaman mungkin. Karena tipe saya penggembira, saya ajaklah peserta yang saat itu berperan sebagai anak didik dengan bernyanyi sesuai dengan tema pelajaran.

Semuanya bermula dari restumu Ibu.. Pasrahku atas keputusan-Mu..Doamu Ibu menjadi penopang semangatku.. Perjalan hidup ini bermakna karna hadirnya senyummu.. Sampai saat ini, penuh rasa malu.. Belum juga bisa membahagiakanmu.. Namun, sedikit prestasi ini adalah ikhtiarku untuk baktiku.. Ibu.. Semoga kita diizinkan berkumpul di Surga-Mu Yaa Robbi..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun