Mohon tunggu...
Nonny Irayanti
Nonny Irayanti Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Bergantinya Peran Ibu Akibat Kapitalisasi Kehidupan

20 Desember 2014   07:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:54 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu adalah sosok yang mulia. Begitu besar pengorbanan yang dicurahkan ibu bagi anaknya. Dari sejak mengandung, mengasuh, membimbing, membesarkan hingga mendidik anak-anaknya. Berhasil tidaknya seorang anak dalam mengarungi samudra kehidupan, tentu sedikit banyak dipengaruhi peran sang ibu.

Terdapat beberapa nama besar yang berkontribusi besar terhadap peradaban dunia karena dibalik kebesaran namanya ada sosok ibu yang tidak kenal lelah mendidik, memotivasi, mendukung serta mendoakan mereka. Sebut saja Imam Syafi'i, Imam Bukhari, Thomas Alva Edison, Ibnu Sina dan lainnya, mereka besar atas berfungsinya peran ibu. Ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Namun pada hari ini kita saksikan bagaimana dunia telah berubah. Keberhasilan yang diartikan hari ini adalah sejauh mana seseorang mendapatkan materi. Uang, jabatan, kehormatan menjadi kebanggaan dan tujuan. Kapitalisasi kehidupan telah menggeser makna kehidupan hakiki. Dan ini terjadi hari ini pada kaum ibu.

Kesempitan hidup, tuntutan ekonomi yang tinggi, atau hanya sekedar gengsi, telah membuat tidak sedikit kaum ibu yang meninggalkan fungsi utamanya sebagai ibu. Sistem nilai yang berlaku di masyarakat seolah membenarkan kondisi ini. Mereka berlomba-lomba keluar dari rumah untuk mengejar rupiah.

Ya, ada yang terpaksa. Kalau tidak bekerja, bagaimana bisa menyambung kehidupan. Sementara lapangan pekerjaan lebih dibuka untuk para wanita daripada pria.  para bapak, yang seharusnya menanggung nafkah istri dan anak-anaknya lebih sedikit peluang kerjanya daripada para ibu. Hingga akhirnya ada yang bertukar peran: ibu bekerja, bapak di rumah.

Bagaimana halnya dengan anak-anak, sementara wanita adalah tiang negara. Artinya di tangan kaum ibu lah generasi-generasi penerus bangsa dicetak. Bagaimana ibu dapat berkonsentrasi penuh, mencurahkan kasih sayangnya dalam membesarkan anak-anaknya jika ibu sibuk di luar rumah?

Lihatlah apa yang terjadi pada sebagian generasi kita, wahai ibu. Kehidupan yang serba bebas ini membuat mereka bingung, linglung, bahkan terperosok ke dalamnya. Mereka membutuhkanmu ada disisinya. Mereka membutuhkan kasih sayang yang tulus dari anda. Mereka membutuhkan teladan, pengarahan, jawaban atau bahkan seorang teman.

Kembalilah pulang wahai ibu. Fungsikan kembali perananmu. Lahirkanlah generasi generasi yang mulia. Lawanlah kapitalisasi kehidupan yang menyengsarakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun