Akhir pekan lalu, sebagian wilayah Jakarta kembali direndam banjir. Meluapnya Sungai Ciliwung membuat air merendam sejumlah titik di Jakarta sejak Jumat (26/4). Pada kondisi terburuknya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat terdapat 18 titik banjir. Di antaranya 4 titik di Jakarta Selatan dan 14 titik di Jakarta Timur.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mencatat terdapat dua korban nyawa akibat banjir yang menggenangi. Satu orang akibat terseret arus Sungai Ciliwung yang meluap, dan satu orang akibat serangan jantung. Selain korban jiwa, BNPB mencatat 2.258 orang mengungsi akibat banjir tersebut. Untungnya jumlah pengungsi sudah jauh berkurang per Minggu (28/4), menyisakan 26 orang yang tersebar di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beralasan banjir terjadi akibat air dan sampah kiriman dari wilayah Bogor. Apalagi tidak ada hujan deras mengguyur Jakarta. Hujan deras hanya terjadi di daerah hulu yang mengalir hingga ke Ibu kota.
Beberapa waktu lalu Anies mengatakan membangun bendungan adalah salah satu cara paling efektif. Dengan demikian air dari hulu akan dialirkan secara bertahap sehingga volume air ke area pesisir seperti Jakarta bisa dikontrol. Bendungan yang dimaksud adalah Ciawi dan Sukamahi.Â
Cara lainnya adalah lewat kerja sama antara Pemerintah Provinsi DKI dan Pemerintah Kota Bogor untuk mengupayakan pembangunan kolam retensi hingga naturalisasi Sungai Ciliwung.
Pengakuan cukup sportif tersebut, tetap saja tidak membuat masyarakat puas. Netizen ramai-ramai menyuarakan kekecewaannya di lini masa Twitter lewat tagar #AniesDimana dan sempat menjadi tagar popular pada Jumat (26/4).
Banyak dari netizen yang mempertanyakan kebijakan Anies dalam hal penanganan banjir. Bahkan tidak sedikit yang membandingkan kinerja Anies dengan kinerja eks Gubernur DKI Jakarta pendahulunya, yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Tanpa bermaksud membela siapa pun, benarkah kinerja penanganan banjir Jokowi dan Ahok lebih baik ketimbang Anies?
Masih lekat dalam ingatan kita, di bidang penanganan banjir, Jokowi-Ahok di masa kampanye 2012 berjanji akan membangun embung untuk menampung air hujan di setiap kecamatan dan setiap kelurahan. Sumur resapan juga dibuat untuk mengurangi banjir. Seluruh sistem drainase akan dibuat terkoneksi dengan kanal-kanal pembuangan air.
Hingga akhir masa jabatan Ahok-Djarot, di Jakarta masih ada 20 titik banjir. Angka ini berkurang dari 2016 yang tercatat ada 62 titik. Djarot Saiful Hidayat yang sejak pertengahan Juni 2017 menjadi gubernur menggantikan Ahok, mengaku cukup puas dengan normalisasi sungai Jakarta untuk mencegah banjir. Dia ingin agar pengerjaan normalisasi tetap dilanjutkan kembali oleh gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang baru Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Faktanya, siapa pun pemimpinnya, Jakarta masih saja banjir. Jadi intinya janganlah kita termakan oleh isu-isu siapa pemimpin yang lebih baik, si A Muslim, si B Kristen, si D dekat dengan golongan tertentu. Buktinya mereka semua sama saja, menjadikan kelemahan pendahulunya sebagai dagangan untuk menjual dirinya di kontestasi politik. Dan setelah menang, apa yang mereka lakukan? Lupa pada janji-janjinya politiknya.Â
Belum lagi beberapa tahun terakhir muncul fenomena kepala daerah petahana yang memilih mundur dari jabatannya sebelum masa jabatannya berakhir untuk mengincar kontestasi yang lebih tinggi, jabatan presiden dan wakil presiden, misalnya. Â
Acuan:
Jokowi, Ahok, Anies & Cara Sang Pemimpin Atasi Banjir Jakarta
Anies Soal Banjir Jakarta: Jumlah Pengungsi Lebih Kecil Dibandingkan Tahun 2015
Banjir Jakarta di Mata Anies, Realita Beda dengan Dunia Maya