Mohon tunggu...
Nol Deforestasi
Nol Deforestasi Mohon Tunggu... Petani - profil
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nusantara Hijau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

75 Negara Warnai Protes Islam Lampung 25 November

21 November 2016   12:04 Diperbarui: 21 November 2016   12:13 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi akan hadir di Rapat Akbar FOE Internasional di Lampung pada pembukaan Simposium 25 November 2016. Ini momen besar untuk gerakan lingkungan hidup di Indonesia. Bayangin saja, peserta dari 75 negara Rapat Akbar di Lampung untuk mendesak Jokowi realisasikan Reforma Agraria yang berpihak pada rakyat.

Tau sendirilah gimana hebatnya para penguasa kebun sawit. Sinarmas, Wilmar, Ganda dan kroni-kroninya. Dari dulu target kapitalis-kapitalis itu menghapus sistem tanah adat biar bisa dibeli, diambil paksa, skema sengketa dan cara-cara kasar lainnya.

Nggak jarang juga perusahaan-perusahaan sawit membunuh masyarakat adat yang menolak dirampas tanahnya. Lampung punya cerita kelam pembantaian Mesuji.

Temen-temen aktivis lingkungan sudah tau siapa aktor pembantaian Mesuji, cuma sulit menyeret jahanam-jahanam itu ke penjara. Dunia sawit yang paling nafsu jadi pemain teratas ya Sinarmas. Bekingannya Tommy Winata, mbahnya mafia. Greenpeace Indonesia saja sudah dibeli sama Sinarmas, makanya gue keluar dari Greenpeace. Bullshit !!

Mesuji ini wilayah yang juga punya keunikan, mirip-mirip lah sama Lampung. Mesuji satu-satunya tanah adat yang masuk di dua provinsi, Kecamatan Mesuji masuk Sumatera Selatan dan Kabupaten Mesuji masuk Lampung.

Nggak heran kalau Mesuji jadi alat untuk menghapus tanah adat di Sumatera Selatan dan Lampung dalam sekali tepuk. Pembantaian Mesuji Sumatera Selatan dan Lampung tahun 2009-2011 silam, mengangkat konflik kepentingan sawit dengan masyarakat adat ke tingkat nasional. Pemerintah pusat mendesak segera diselesaikan sengketa tanah adat Mesuji dengan 3 perusahaan di Sumatera Selatan dan Lampung.

Waktu itu Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin (Golkar) manut menangkan kepentingan sawit. Gubernur Lampung Sjachroedin ZP (PDIP) tolak kepentingan sawit (Sinarmas, Wilmar dibeking TW) untuk hapus tanah adat. Habis akal dipakailah modus pembantaian masyarakat adat.

Waktu Mesuji kejadian, Presiden SBY dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan jelas terlibat bersama Komisi 3 DPR. Mana mungkin kasus seperti Mesuji bisa berakhir nggak jelas, sengaja ditarik ulur saja itu. Karena mereka dapat untung juga kalau tanah adat di Sumatera Selatan dan Lampung bisa dihapus. Tinggal terapkan racikan penghapusan tanah adat Sumatera Selatan dan Lampung untuk hapus seluruh tanah adat se-Indonesia.

Tarik-tarikan politik di DPR dan pemerintah akhirnya bikin kasus Mesuji ngambang nggak jelas juntrungannya. Sekarang sudah ganti pemerintahan. PDIP sekarang di atas, Cikeas di bawah.

Pas kampanye, Jokowi janji akan realisasi Reforma Agraria yang lebih menguntungkan rakyat dan tanah adat, tapi sampai hari ini belum juga. Temen-temen aktivis pasrah saja, kabarnya Sinarmas dan TW sekarang ada di belakang Jokowi. Hati kecil gue sih, Jokowi sebenernya masih bersama rakyat, cuma banyak pembisik dan hasutannya saja.

Event Rapat Akbar FOE 21 November sampai 4 Desember 2016 tujuannya mengingatkan Jokowi sama janjinya. Kali aja bisa direalisasi janjinya yang dulu. Temen-temen FOE (Walhi) berharap banyak Jokowi bisa hadir di Lampung (pembukaan Simposium 25 November).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun