Mohon tunggu...
Lala
Lala Mohon Tunggu... Penulis

Suka nulis, suka mikir, kadang overthinking tapi produktif. Pernah ikut kursus psikologi dari Yale dan Mini MBA dari IBMI Berlin—karena belajar itu seru, apalagi kalau bisa dibagi. Sempat tercatat di Asian Book of Records, alhamdulillah bukan karena hal viral. Di Kompasiana, saya nulis buat ngobrol—dengan diri sendiri dan siapa pun yang nyempetin baca.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Memasukkan Ular ke Kandang Sendiri (True Story)

3 Maret 2025   23:59 Diperbarui: 8 Maret 2025   23:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dibuat oleh AI

Memasukkan Ular ke Kandang Sendiri: Kisah Pengkhianatan Sahabat yang Menghancurkan Hati

Karena kisah nyata yang di alami oleh temanku jadi aku samarkan semua namanya.


Dulu, kami berempat seperti satu jiwa dalam empat tubuh. Aku, Andini, bersama tiga sahabatku---Ninda, Arini, dan Rani. Persahabatan kami terjalin erat sejak SMA, diisi dengan tawa yang menggema, rahasia yang terjaga, dan impian masa depan yang kami rajut bersama. Aku yakin, ikatan kami takkan pernah terputus. Tapi, ternyata, hidup punya rencana lain.

Saat kami memasuki dunia kuliah, Rani mulai berubah. Ambisinya untuk menjadi ratu kampus membuatnya melangkah jauh dari kami. Dia mulai bergaul dengan geng baru, orang-orang yang lebih berpengaruh dan populer. Awalnya, kami mencoba memahami. Kami pikir, ini hanya fase. Kami tetap mendukungnya, meskipun jarak antara kami semakin terasa. Rani lebih memilih mereka, dan perlahan-lahan, persahabatan kami mulai retak.

Hingga suatu hari, karma seolah datang menghampiri Rani. Geng barunya meninggalkannya, dan lebih tragis lagi, pernikahannya yang tinggal menghitung hari dibatalkan. Aku mendengar kabar itu dari Ninda. Meskipun hubungan kami sudah tidak seakrab dulu, rasa kasihan dan nostalgia membuatku tergerak. Aku membuka pintu untuknya kembali, mengajaknya berkumpul seperti dulu. Aku ingin dia merasa diterima, ingin dia tahu bahwa dia masih punya sahabat yang peduli.

Aku bahkan memilihnya menjadi bridesmaid-ku. Saat itu, aku berpikir, ini adalah cara terbaik untuk menunjukkan bahwa aku benar-benar sudah memaafkannya dan ingin kembali memulai persahabatan kami. Tapi, siapa sangka, keputusanku ini justru menjadi awal dari pengkhianatan terbesar dalam hidupku.

Beberapa minggu sebelum pernikahanku, tunanganku, Adit, mulai berubah. Dia lebih sering sibuk, sering menghindari pembicaraan tentang pernikahan kami. Aku mencoba memahami, berpikir bahwa dia hanya gugup atau stres. Tapi, ada sesuatu yang tidak beres. Aku merasakannya.

Sampai suatu malam, telepon berdering. Suara Ninda di ujung telepon terdengar gemetar. "Andin, kamu harus tahu ini. Aku tidak ingin kamu mendengarnya dari orang lain," katanya. Hatiku berdebar kencang. "Ada apa, Nind?" tanyaku, mencoba menenangkan diri.

"Rani... Rani menikahi Adit," ucapnya pelan, seolah takut menyakiti hatiku lebih dalam.

Dunia di sekitarku seolah runtuh. Aku tidak bisa bernapas. Bagaimana mungkin? Bagaimana ini bisa terjadi? Aku tidak tahu kapan mereka mulai mendekat, kapan mereka mulai merencanakan ini. Apakah sejak awal ini rencananya? Apakah Rani mendekatiku hanya untuk merebut kebahagiaanku? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui pikiranku, tapi fakta yang ada di depan mataku tak bisa dibantah. Mereka menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun