Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Kontribusi Angkringan Pada Lifestyle Anak SMA

5 November 2017   20:59 Diperbarui: 6 November 2017   13:14 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan , pulang malam bisa jadi alat untuk menyerang teman mereka yang sombong soal akademik di sekolah. " Ah koe , pinter , tapi yen minggu ratau nongkrong. Sekaline nongkrong mulihe jam 8 hahaha cupu " begitulah alibi fajar , salah satu teman nonggkrong saya di demak.

Tak pernah ada aturan bahwa pengunjung akringan harus dari salah satu kaum / golongan. Tua -- muda , laki -- perempuan , kaya -- miskin , pejabat -- penjahat , semua sama dimata penjual akringan. Yang terpenting adalah rupiah rupiah dari mereka yang memesan dan memakan apa yang ia jajakan.

Meski banyak yang mengatakan budaya nongkrong terlihat seperti budaya pemalas dan tidak berguna, Namun budaya nongkrong ini memiliki potensi yang besar untuk mengurangi stres. Nah sekarang timbul pertanyaan kenapa bisa budaya nongkrong memiliki potensi yang besar untuk mengurangi stres? Menurut Rizka Normanida, "Kata-kata yangg biasa keluar itu muncul di otak secara naluriah dan alamiah ,1 kata yang keluar dari mulut jika direspon org lain, maka akan jadi perbincangan yang menarik,  ya jelas manusia adalah makhluk sosial ,tanpa interaksi, itu bukan manusia, banyak ahli teori yang sependapat dengan itu, bayangkan aja, 1 orang dibiarkan hidup sendirian, tanpa org lain. Jika dia mampu melewati masa-masa itu minimalnya saja 1 hari, di pastikan dia mengalami gangguan batin" ungkapnya. Saat kita nongkrong, secara tidak sadar sering kita menemukan berbagai penyelesaian dari masalah-masalah yang dibicarakan karena didukung dengan suasana hati yang santai dan dipikirkan oleh beberapa orang yang otomatis membuat masalah yang dibicarakan lebih mudah terpecahkan.(RezkyFadillah , http://ngomong-cuap-cuap.blogspot.co.id/2013/02/nongkrong-is-positive-culture.html)

Mungkin , salah satu tempat yang bisa mengalahkan kenyamanan kafe untuk nongkrong , hanyalah angkringan. Bahkan kebanyakan laki-laki lebih suka nongkrong di angkringan daripada nongkrong di kafe-kafe atau tempat seperti STARBAK  , KaeFCi , Mek Donald. Kebanyakan mereka lebih memilih angkringan. Karena hanya di angkringanlah , terjadi beberapa hal yang hanya bisa dilakuhkan disana . Walaupun terkadang alasan ekonomi adalah yang paling utama. Tau sendiri , bagaimana ngiritnya uang saku anak sma / kuliah.

Dan , kebiasaan masyarakat ( khususnya masyarakat jawa tengah ) untuk mengkonsumsi teh wur /  kopi tubruk + gorengan sebagai teman ngudut  ini jadi faktor penunjang yang mungkin hanya bisa terjadi di angkrigan ( kecuali di rumah / warteg ).

Selain itu , nongkrong di angkringan bersama teman lebih membuat kita sering berkomunikasi . karena faktor-faktor noise seperti wifi , handphone , cewe cantik berbelahan dada dan rok mini hampir minim dan bahkan mustahil adanya. Mungkin , memang sensasi itulah yang dicari beberapa orang yang sengaja ke angkringan. Hanya untuk mengobrol santai , bukan cari gengsi / sensasi / ketenaran.


Pun tatanan / aturan dalam nongkrong di angkringan sangatlah menyenangkan . Tak ada aturan atau keharusan kita harus dandan rapi , tak ada aturan kita harus necis , tak ada aturan kita harus bawa sepatu . Kita boleh berpakaian apa saja , bokser , kaos , sandal jepit , sarung , pecis boleh dan biasa dikenakan saatnongkrong di angkringan.Telanjang pun , boleh . Malah biasanya sang pemilik akan memberikan feedback kopi & rokok gratis , dengan syarat anda memang mengalami kerusakan rohani & jasmani alias berprofesi sebagai wong edan tulen.

Berbeda dengan nongkrong ala sosialita , yang isinya cuma pamer dan bertempat di tempat yang "wah", sehingga nilai estetika dari nongkrong itu hilang. Nongkrong di akringan lebih memiliki nilai kesederhana dan santai. Hampir tak ada gengsi diantara mereka. Semua datang untuk damai , untuk santai & untuk refreshing dari kepenatan selama berkegiatan di siang hari. Walaupun kadang kadang ghibah dan maido menjadi kegiatan yang sangat asik untuk tidak diikuti.

Nongkrong di angkringan juga menciptakan dan menyebarkan beberapa bahasa / kosakata / lawakan / guyonan baru , yang tentunya menjadi ciri khas angkringan angkringan di setiap kota. Yang bakal menambah keasikan angkringan tersebut , seperti jogjakartanan / solo yang identik dengan kata "dab" , semarangan dengan bahasa " su , tek , ndes , dapurmu , kakeamu "   atau dengan gaya kedemakan / kejeparaan yang biasa menggunakan kata "lhur" pada setiap akhir kalimat. Setiap angkringan juga mempunyai pola jokes / lawakan / guyonan yang berbeda , yang terbentuk dari suasana di daerah itu sendiri (jokes intern/guyonan tongkrongan). Yang keduanya akan selalu di sebarkan dan ditiru oleh anak-anak sma atau sering disebutkids zaman now.

Entah darimana budaya nongkrong di angkringan itu berasal , mereka ( khususnya anak sma ) harus sangat berterimakasih . Karena tanpa budaya ini , mungkin hidup kalian tak akan asik. Bahkan dalam hal kecil seperti " mau ngerokok dimana ? " bisa jadi satu masalah pelik yang tak bisa terselesaikan. Terutama bagi para anak anak abg yang ingin meng-image-kan kenakalan pada diri mereka tapi tak punya tempat yang aman.

Jadi berterimakasihlah , pada mereka. Setidaknya , buang kelakuan busuk kalian. Yang sering ngutil gorengan , rokok ataupun yang suka ngutang tapi susah kalo disuruh bayar. Nongkrong ya nongkrong , ngrokok ya ngrokok , silahkan , tapi bayar itu kewajiban yang hakiki.Katanya sayang tuhan , kok jujur enggan ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun