malam itu penuh sunyi berbeda dengan malam-malam sebelumnya. aku sengaja keluar dari rumah ke pekarangan ingin menatap langit malam yang nampaknya sangat menarik untuk dipandang. bulan hadir sangat cerah bulan pun seolah menyapaku untuk ikut tersenyum bersamanya. aku termenung duduk di bawah pohon yang daun-daunnya berguguran tersentuh angin malam. udara dingin menyerbuku untuk segera kembali ke rumah, namun aku sangat menikmatinya.Â
aku berfikir tentang bulan yang terkadang redup tertutup mendung dan sekarang bisa secerah lampu stadion. aku memandang bintang yang bentuknya kecil namun sangat memikat mata. dari sana aku percaya bahwa suatu yang terang tak akan selamanya terang, dan semua yang memikat tak harus besar.Â
manusia ada batasnya.Â
dalam hidupnya.Â
dalam fikirannya.Â
bahkan perasaannya.
purnama itu indah, apa kamu titipkan senyummu ke dia sehingga ia nampak begitu indah sepertimu?Â
entah fikiranku kembali tentangmu saat memandang purnama. rindu, hanya kata rindu yang memadati setiap sudut ruangku. rindu yang yang tak bisa tuk disampaikan padamu.Â
kenapa waktu itu kamu tiba-tiba saja menghilang dariku? perlahan tapi pasti kamu memang ingin mengakhiri namun senyummu perlahan pasti membuat rasaku semakin ingin menjadi, entah aku tak faham dengan apa yang kau mau.Â
coba saja kau beri aku ucapan sebuah kode kepastian tentang kita. sebelum kau lenyap dari ini. aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku tak tahu harus aku bagaimana kan perasaan ini.Â
jujur aku membutuhkan mu tuk beriku aturan tentang perasaan ini. namun kau semakin acuh seperti tak pernah mengenal aku ini siapa.Â