Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Bukti, Tak Perlu Dibuktikan"

14 Juli 2019   09:13 Diperbarui: 14 Juli 2019   09:27 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : fineartamerica.com

Akal sangat sangat terbatas kemampuannya. Maka itu tak jauh
jangkauannya, apa lagi mengenai sesuatu yang tak berujung
dan tak berpangkal, seperti Zat Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Kita tak dapat mengenal Tuhan dengan akal, maka kita akan
mengenal-Nya dengan hati nurani. Adapu buktinya antara lain :
Kita selalu mengharapkan keadilan, karena adanya hakim adil.
Kita memerlukan air, karena adanya air.

Kata Aristoteles, Profesor Yunani yang kenamaan, tentang
hukum sebab dan akibat, antara lain : "Kursi terbuat dari kayu.
Kayu dari pohon. Pohon berasal dari bibit. Bibit dari petani
".
Setelah menjajagi mata rantai sebab dan akibat itu, Profesor
Aristoteles mengakui akan terhenti pada suatu sebab yang
tidak disebabkan (tiada penyebabnya). Suatu sebab pertama,
penggerak pertama yang tidak memerlukan penggerak. Dan
pencipta yang tidak diciptakan. Yang demikian itu, adalah
Allah Tuhan Yang Maha Esa. 

Kata Ibnu Arabi menjawab pertanyaan "Siapakah yang
menjadikan atau menciptakan Tuhan Yang Maha
Pencipta itu
?". 

"Pertanyaan tersebut takkan dikeluarkan kecuali dari orang
yang tidak sehat pikirannya. Cahaya adalah bukti adanya siang.
Dan siang itu tidak dibenarkan dijadikan bukti adanya cahaya.
Begitulah Allah Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pencipta
tak dapat dibalik pembuktiannya".

Allah merupakan bukti. Bukti tidak perlu dibuktikan. Dia
merupakan haq yang nyata. Dia tampak pada segala sesuatu,
pada aturan-aturan, pada keindahan alam, pada hukum-
hukum dan lain-lain. Dia tampak pada daun-daun pohon
dan tumbuh-tumbuhan, pada bulu burung merak, pada
sayap kupu-kupu. 

Tampak pula pada wangi bunga-bunga, pada aroma kopi,
pada syair-syair puisi. Dia tampak pada tata surya, pada
planet-planet dan cara hidup seluruh makhluk dengan
teratur dan rapihnya.

"Apakah semua ini terjadi secara kebetulan?" 

*sumber : Dialog Muslim dan Atheis, oleh : DR. Mustafa Mahmud. 

Singosari, 14 Juli 2019

@J.Barathan.

  


 
  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun