Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Syair untuk Negeri Tercinta

20 April 2019   16:56 Diperbarui: 20 April 2019   16:59 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://drawinglics.com/ 

Aku tak kan pernah berhenti memujimu wahai alam Indonesia, dimana aku dilahirkan
dan dibesarkan oleh Ibu Pertiwi. Hamparan menghijau luas membentang memberiku
nafas kehidupan, biru lautmu sejauh mata memandang, pasir putih berkilau disepanjang
pantai nyiur melambai.

Aku tak kan pernah berhenti memujamu wahai tumpah darah Indonesia, aku terlahir
atas nama bangsa Indonesia, aku berbahasa satu bahasa Indonesia. Burung garuda menjadi
lambang Negaraku, dimana pun aku berada dibelahan Nusantara ini, aku tetap Indonesia,
tak boleh siapa pun mengusikmu, serentak rakyatmu membela.

Aku tak kan pernah berhenti menghormatimu wahai sang saka Merah Putih yang perwira,
berkibarlah di langit yang biru. Merah darahku putih tulangku, aku kan menjagamu hingga
sampai diakhir nanti.

"Biarpun bumi berguncang
Kau tetap Indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat
Kau pun Indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam
Dapat palingkan daku darimu" 

(syair lagu Gebyar, Gombloh)

Singosari, 20 April 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun