Masih sering terdengar hampir disemua kalangan bahwa zaman tahun 90-an adalah era keberhasilan dalam mendidik anak. Pada masa itu orang tua sering memukul anak untuk mendisiplinkan mereka. Bahkan ada yang sampai memuji bahwa generasi dahulu sangat berhasil karena sering dipukul. Terkadang dipertemuan orang tua siswa juga masih ada orang tua siswa yang menyampaikan bahwa mereka tidak masalah jika anaknya dipukul untuk mendisiplinkan mereka. Padahal jika ini terjadi, bukan tidak mungkin akan menjadi kasus viral di media social.
Apa itu memukul? Memukul adalah melakukan Tindakan kepada anak dengan tangan terbuka di bagian bawah atau anggota tubuh sebagai bentuk hukuman. Hal ini sering kali dimaksudkan untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan yang telah dilakukan oleh anak. Tetapi apakah itu berhasil? Keyakinan umum dari Tindakan memukul, bahwa mereka, baik itu orang tua maupun pengasuh yang masih berpikiran tradisional mempercayai bahwa memukul adalah:
1. Mengajarkan kepada anak yang benar dari yang salah
2. Menanamkan rasa hormat
3. Menghentikan perilaku bermasalah dengan cepat
Tetapi tahukah ayah-bunda bahwa penelitian mengenai memukul anak dengan tujuan mendisiplinkan mereka menunjukkan hal yang berbeda
Penelitiannya jelas tentang hal ini dan dibahas secara rinci. Kenyataannya lebih dari 50 tahun penelitian menunjukkan bahwa:
1. Memukul meningkatkan agresi pada anak-anak. Kewaspadaan saat mereka melakukan kesalahan akan meningkat sehingga memungkinkan baginya untuk memukul juga.
2. Tidak memperbaiki perilaku dalam jangka panjang. Malah ketika anak mendapat perlakukan dengan dipukul, perilaku dan kesalahan yang telah mereka perbuat tidak serta merta menghilang dengan adanya pukulan.
3. Hal ini terkait dengan hasil kesehatan mental yang lebih buruk. Akibat dari pemukulan itu, anak akan mengalami degradasi Kesehatan mental dikarenakan pengalaman buruk yang dialaminya.