Mohon tunggu...
Nusaibah IlliyyinPutri
Nusaibah IlliyyinPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Publikasi artikel ilmiah populer sebagai mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pembersih Busa untuk Membersihkan Sepatu, Efektivkah?

21 Desember 2023   14:58 Diperbarui: 22 Desember 2023   11:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahan bahan inilah yang akan menghasilkan busa pada produk pembersih. Tak jarang, konsumen menghindari produk yang mengandung detergen ini. Karena, dapat bersifat alergen. Nah.. untuk teman-teman pembaca yang ingin membeli produk pembersih yang lebih aman untuk digunakan, dapat menghindari dua bahan ini pada produk pembersihmu, ya!

Di era yang berjalan serba cepat dan efisien, keamanan saja tidak cukup. Produk kebersihan juga "dituntut" untuk mengeluarkan inovasi suatu pembersih yang dapat digunakan secara langsung, proses pencucian yang cepat, dan barang yang dibersihkan dapat dipakai saat itu juga. Biasanya, produk ini dibutuhkan untuk membersihkan suatu permukaan barang yang dapat menyerap air dalam jumlah banyak, sehingga butuh waktu lama untuk mengeringkannya, sedangkan benda tersebut akan digunakan dalam rentan waktu yang dekat, contohnya yaitu sepatu! Berdasarkan wujud pembersih yang telah banyak dijual, kita akan menentukan jenis pembersih mana yang dapat membersihkan sepatu secara cepat dan memenuhi aspek-aspek diatas.

Jenis-Jenis Cleanser Berdasarkan Wujudnya

  • Cair (Liquid)
    • Pembersih cair merupakan pembersih yang paling banyak digunakan, dan tersedia dengan berbagai jenis konsentrasi. Biasanya, pembersih ini dijual sebagai pembersih serbaguna, maupun pembersih khusus barang tertentu, tergantung kegunaannya. Pada pembersih serbaguna, biasanya mengandung beberapa kandungan mendasar dari produk pembersih, yaitu surfaktan sebagai agen aktivasi permukaan untuk menghilangkan noda, atau bau; garam alkali, seperti Natrium Karbonat atau Natrium Bikarbonat, yang membantu menetralisir asam dan melembutkan air; pelarut yang membantu melarutkan noda-noda; hidrotop, seperti glikol eter, merupakan senyawa yang dapat melarutkan senyawa hidrofobik (penyuka minyak) dalam larutan air melalui cara selain pelarutan misel (surfaktan), sehingga noda-noda membandel seperti lemak dan minyak dapat dihilangkan; Zat aditif, atau zat tambahan seperti wewangian, pewarna, dan pengawet. Adapun dalam pembersih cair khusus, biasanya mengandung zat lain, seperti pada pembersih toilet mengandung klorin sebagai antibakteri, amonia yang mampu membersihkan noda dan cepat menguap digunakan pada pembersih kaca agar dapat menghindari goresan, fenol pada sabun pel sebagai disinfektan, dan soda api yang bersifat lebih keras digunakan pada pembersih saluran pipa dan oven. Pembersih cair, untuk membersihkan sepatu, dirasa kurang efektif. Karena, biasanya pembersih cair sudah dalam konsentrasi yang lebih rendah sebab sudah dilarutkan, sehingga hanya mampu membersihkan noda-noda biasa, atau sekedar menghilangkan bau. Selanjutnya, untuk memastikan sepatu benar-benar bersih, masih diperlukan tambahan air untuk membilasnya, sehingga masih dibutuhkan waktu yang lama agar sepatu dapat benar-benar bersih dan bisa digunakan kembali.
  • Padatan (Compact)
    • Pembersih berwujud padat yang paling sering kita temui yaitu sabun batang. Berdasarkan bahan penyusunnya, sabun padat dan sabun cair hampir sama. Perbedaannya terletak pada konsentrasi, sebab pembersih padat tidak dilarutkan. Pembersih padat yang lebih pekat konsentrasinya, justru dianggap lebih ramah lingkungan. Karena, dosis yang digunakan sedikit dibandingkan dengan pembersih yang sama. Misalnya, untuk membersihkan sepatu hanya diperlukan sedikit jumlah sabun batangan dibandingkan sabun cair, yang mungkin menghabiskan seperempat botol kecil untuk membersihkannya. Maka, residu yang mengandung bahan kimia ini lebih sedikit dihasilkan. Akan tetapi, dalam penggunaannya untuk membersihkan sepatu, pembersih wujud padat sulit untuk menjangkau seluruh permukaan sepatu, dan masih perlu air untuk membilasnya, sehingga dianggap kurang efektiv untuk membersihkan sepatu secara cepat.
  • Bubuk (Powder)
    • Pada pembersih bubuk, biasanya digunakan pada permukaan yang tidak rata, dan sulit untuk dijangkau. Sama halnya dengan pembersih padatan, pembersih bubuk biasanya lebih pekat daripada pembersih cair. Karena, ia tidak mengandung pelarut, sehingga dapat langsung digunakan jika memerlukannya pada konsentrasi tinggi, atau bisa ditambahkan pelarut tambahan (air) dalam jumlah tertentu. Pembersih bubuk, secara efektiv dapat digunakan sebagai pembersih sepatu. Karena, umumnya memiliki konsentrasi cukup tinggi, sehingga dapat membersihkan noda membandel, termasuk minyak, tanah, dan lumpur. Ukurannya yang haluspun memungkinkannya menjangkau seluruh permukaan sepatu. Akan tetapi, sama halnya dengan pembersih berwujud cair dan padat, selama pencuciannya masih dibutuhkan air, sehingga pembersih bubuk belum bisa dikatakan sebagai pembersih yang efektiv untuk digunakan dalam membersihkan sepatu.
  • Busa (Foam)
    • Busa adalah zat yang dibuat dengan memerangkap gelembung udara atau gas di dalam benda padat atau cair. Umumnya, pelarut yang digunakan pada pembersih busa dan pembersih cairan sama. Perbedaan utamanya yaitu pada penambahan zat pembusa yang sesuai pada pelarut cair tersebut. Adanya surfaktan juga akan mengubah stabilitas busa yang dihasilkan, dimana ia akan mencampurkan gas dengan pelarut, hingga terbentuklah gelembung busa. Pelarut dapat berupa berbasis air atau larut dalam minyak, pH netral, asam atau basa. Target zat terlarut dapat berupa endapan kerak anorganik atau puing-puing organik berat seperti aromatik yang terkondensasi. Pelarut berbusa menawarkan banyak keuntungan dibandingkan pelarut cair konvensional dalam hal keserbagunaan, kemampuan pembersihan, ekonomi dan keamanan.

Foam sebagai pembersih sepatu

Apa Itu Foam?

 Foam atau busa merupakan suatu gas yang tedispersi dalam cairan. Biasanya, volume gas yang terdispersi lebih banyak dari volume air. Agar menghasilkan suatu foam, dibutuhkan tiga kondisi yang mendukung, yaitu gaya mekanik, surfaktan, dan tegangan permukaan yang rendah jika dibandingkan dengan laju pecahnya. Foam memiliki ukuran struktur yang besar, mulai dari sekala molekular hingga mikroskopik. 

Skala ini dimulai dari molekul-molekul surfaktan yang menstabilisasi suatu gelembung gas, lalu saling menyatu satu sama lain dan membentuk suatu jaringan hingga terbentuk busa dalam jumlah besar (bulk of foam). Ketika pembentukan busa telah mencapai kesetimbangannya, busa dapat membentuk suatu struktur. Kemudian ketika air bersimpangan dengan tiga gelembung busa atau lebih disebut garis plateau, persimpangan antara dua gelembung disebut lamellae. Lalu, ketika empat garis plateau saling bertemu akan membentuk suatu vertex. 

Bentuk dari busa bergantung pada volume cairan dan gas yang terkandungnya. Biasanya, volume gas pada suatu busa bejrumlah 50%-95%. Adanya garis batasan tersebut membuat mengurangi jumlah gas yang terkandung, sehingga luas permukaannya semakin kecil. Ketika jumlah gas melebihi 75%, gelembung-gelembung mulai berubah bentuk dan cairan akan mengalirkan gelembung tersebut untuk menyatu sama lain hingga membentuk busa berbentuk polihedral di tepinya. 

Cara Kerja Busa untuk Membersihkan Sepatu

Input sumber gambar
Input sumber gambar

Gambar 2. Ilustrasi interaksi surfaktan pada gelembung busa dengan noda pada sepatu

 

Busa dalam proses pembentukannya membutuhkan surfaktan untuk memerangkap gas yang terbentuk saat berinteraksi dengan cairan pelarut, misalnya air. Biasanya, gelembung busa yang dihasilkan tidak lama akan meletus. Namun, dengan adanya surfaktan, gelembung busa akan stabil dan menghasilkan sabun yang kaya akan gelembung busa. 

Pada surfaktan, terdapat bagian kepala yang senang berinteraksi dengan air, dan bagian ekor yang senang berinteraksi dengan minyak. 

Jika dilihat gambar di bawah, pada bagian ekor surfaktan akan bereaksi dengan gas agar terperangkap. Lalu, pada bagian kepala akan berinteraksi dengan air, sehingga antara air dan gas tidak berinteraksi secara langsung. 

Selain itu, air juga akan distabilkan oleh surfaktan lainnya, dimana bagian ekor surfaktan akan memerangkap noda pada sepatu. Dengan demikian, peran surfaktan dalam membersihkan suatu permukaan dapat terjadi meskipun dalam bentuk gelembung busa. Sepatu yang telah disemprotkan oleh pembersih busa perlu didiamkan beberapa saat agar surfaktan dapat bekerja secara maksimal. Kemudian busa dapat langsung dibersihkan tanpa perlu dibilas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun