Why parents suck?
Itulah kata-kata pertama yang terdengar saat menonton trailerfilm My Generation. 4 remaja, 2 laki-laki dan 2 perempuan tampak meluapkan emosinya di depan kamera. Salah satu di antara mereka bahkan mengacungkan jempol ke bawah. Tak lama setelah mengucapkan kalimat tersebut secara bersamaan, mereka kemudian melakukan protes secara bergantian. Intinya, mereka mempertanyakan "why parents suck?".
Kenapa orang tua menyebalkan?
Hmmm... Kenapa ya?
Bercerita tentang realita kehidupan generasi milenial, My Generation adalah film Indonesia yang baru rilis di bioskop-bioskop terdekat pada 9 November 2017. Film besutan sutradara Upi dan keluaran Ifi Sinema ini mengisahkan tentang kehidupan 4 remaja SMA yakni Zeke, Orly, Konji dan Suki. Walau karakteristik dan latar belakang keluarga mereka berbeda, namun mereka memiliki persamaan nasib: sama-sama bermasalah dengan orang tua masing-masing. Orly memiliki ibu single parentyang gaya hidup sang ibu tidak sesuai dengan usianya. Suki mengalami krisis kepearcayaan diri dan sering dipandang negative oleh orang tuanya. Zeke merasa kedua orang tuanya tidak menyayangi dan menginginkan keberadaannya. Sementara itu Konji harus berhadapan dengan orang tuanya yang sangat kolot dan super protektif. Merasa senasib sepenanggungan, mereka pun membuat video untuk memprotes guru, sekolah dan orang tuanya.
Bukannya mendapatkan reaksi positif, video yang mereka buat dan menjadi viral justru malah mengantarkan mereka pada hukuman: mereka tidak boleh ikut liburan sekolah. Kendati demikian selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Hukuman yang mereka dapatkan justru membawa mereka pada pengalaman dan pelajaran tak terduga seumur hidup mereka.
Seperti apa ceritanya dan bagaimana alurnya? Saya sendiri jujur belum tahu. Filmnya belum rilis jadi saya belum bisa menontonnya. Namun dari trailerdan berita-berita yang beredar, film ini dibuat berdasarkan realita yang terjadi saat orang tua beranggapan bahwa dirinya-lah yang paling benar sedangkan anak itu salah. Orang tua juga merasa paling tahu yang terbaik untuk anaknya. Padahal orang tua tidak selamanya tahu yang terbaik, melainkan yang terbagus. Yang terbagus belum tentu yang terbaik. Film ini juga mengangkat realita tentang orang tua yang memaksakan anaknya untuk mengikuti kemauannya. Padahal setiap anak memiliki keinginan masing-masing. Â
Saya juga penasaran karena tema film ini berbeda dari cerita kebanyakan. Di saat dunia film Indonesia sedang mengarah pada film-film berbau horror, My Generation justru melawan arus karena membahas tentang dunia remaja dan masalah yang dihadapinya. Saya pikir kok yao My Generation berani-beraninya melawan arus? Hadirnya My Generation di saat para pecinta film Indonesia sedang gandrung dengan setan-setananan tentu saja membawa warna baru di dunia film Indonesia. Â
Rasa penasaran saya semakin kuat karena film ini disutradarai oleh Sutradara Upi yang sudah tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Saya sendiri suka dengan karya-karyanya seperti '30 Hari Mencari Cinta', 'Realita, Cinta dan Rock'n' Roll', 'Perempuan Punya Cerita', 'Serigala Terakhir'dan 'My Stupid Boss'. Di samping sebagai sutradara, ia juga piawai dalam menulis cerita. Film-film yang saya sebutkan di atas kecuali 'Perempuan Punya Cerita'adalah film yang ditulis olehnya. Bahkan, skenario untuk film 'Sweet 20'yang diadaptasi dari film Korea 'Miss Granny'juga ditulis olehnya lho! Rekam jejak yang dimiliki sebagai sineas film tentu mampu membuat perubahan lewat film-film yang dibuat olehnya.
Hal yang saya suka lainnya adalah keempat remaja yang menjadi tokoh utama dalam film My Generation semuanya adalah para pemain baru, seperti Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kosasie dan Lutesha. Keempat pendatang baru ini akan beradu kemampuan akting dengan para pemain senior seperti Tyo Pakusadewo, Surya Saputra, Ira Wibowo, Indah Kalalo, Karina Suwandihi, Joko Anwar dan Aida Nurmala. Datangnya para pemain muda baru tentu membawa angin segar dalam kancah perfilman Indonesia karena itu artinya Indonesia memiliki talenta-talenta muda berbakat.