Tralis besi yang terpasang pada daun jendela
Sunyi...berjuang tuk terus bercaka sempurna
Ina di ufuk timur tak lagi indah dipandang jua
Aku lihat yang kau lihat, aku rasa yang kau rasa
Putus-putus barangkali tak satupun kan menolongnya
Tatapan itu sayu memandang keluar sana
Iba...ia rasa menderita dengan asa tak terduga
Kita? Masih berpesta pora mendewakan nafsu,
Atau kita memang dungu, tak tau itu luka amat pilu
Kejam...kita memang kejam, kita memenjarakan mereka
Niat hati ingin jabarkan rasa-rasa yang tersembunyi
Mereka menjerit tonton arogansi dikala pandemi
Lelah...lisannya ucapkan kata "terserah"
Kau pikir nyawamu nyawa kucing?
Jika positif barulah kau pusing tujuh keliling
Di sana masih bertumbangan tubuh-tubuh
Deru nafas tersengal-sengal, harap lekas sembuh
Tak heran jika mereka naik pitam,
Kala dengar ocehan bodoh tentang ini wabah
Berhenti bertingkah abstrak, kita satukan rasa lalu berdoa
Tuhan...tolong hapuskan derita,
hapuskan bencana, berikan kami kedamaian
Tak ada benci, ikhlas menerima takdir-Mu
Jangan tinggalkan, kami sesat tanpa-Mu
Indonesiaku dalam doa...