Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Resolusi Bersama Tahun 2021

2 Februari 2021   01:59 Diperbarui: 2 Februari 2021   02:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by https://tirto.id

Tahun baru merupakan sebuah momen yang selalu ditunggu oleh sebagian besar orang-orang yang memiliki mimpi, cita-cita, harapan, dan resolusi untuk tahun yang akan datang. Biasanya harapan itu berupa kesehatan yang baik, keberkahan umur, peningkatan keuangan, prestasi, jenjang karir dsb. Semua orang memiliki harapan, apapun itu bentuknya yang pada intinya kembali lagi pada hal yang positif. 

Mari sejenak kita kembali mengenang ketika peralihan dari tahun 2019 menuju tahun 2020 yang lalu, dimana saat itu pergantian tahun baru disambut meriah oleh beberapa negara diberbagai belahan dunia. 

Sorak ceria diiringi warna-warni kembang api menemani penutupan akhir tahun 2019 dan mengawali masuknya tahun 2020 kala itu. Namun setelahnya, ketakutan melanda dan mengintimidasi hampir seluruh warga dunia, pandemi virus covid-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, China pada awal desember 2019 telah menyebar ke berbagai negara yang ada di dunia.

Korban berjatuhan, kasus positif kian hari meningkat dan menelan ratusann ribu bahkan menyentuh angka jutaan korban jiwa hanya dalam kurun waktu 2 bulan saja. Berbagai resolusi yang telah direncanakan oleh sebagian besar manusia saat itu hancur berantakan. Harapan akan kesehatan yang baik dan umur panjang seketika dipatahkan dengan adanya virus ini. 

Tiga bulan pertama di tahun 2020 menjadi awal tahun yang menakutkan, pemberlakuan social distancing, himbauan untuk tetap dirumah saja, anjuran mentaati protokol kesehatan, hingga pemberlakuan lockdown di berbagai negara yang ada di dunia telah mengacaukan berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Resolusi baik berupa perekonomian, jenjang karir, maupun pendapatan juga tak dapat di wujudkan sebagaimana mestinya. Pandemi mengacaukan berbagai perencanaan dan membuat para petinggi negara yang berkuasa gamang dalam mengambil suatu langkah kebijakan. 

Bayang-bayang resesi dan anjloknya pendapatan negara yang diikuti dengan semakin meningginya inflansi, menjadi penyebab beberapa negara tersandung bahkan tersungkur perekonomiannya. 

Di Indonesia sendiri, kemiskinan yang kian hari mencekik rakyat memaksa mereka untuk menolak patuh terhadap anjuran di rumah saja. Rasa lapar dan dahaga membuat rakyat semakin menderita, keputusan untuk nekat keluar rumah demi mencari nafkah menjadi solusi akhir bagi mereka.

Jangan heran jika semakin hari jumlah yang terinfeksi virus ini di Indonesia semakin meningkat. Masyarakat lebih memilih untuk bertaruh nyawa dengan keganasan virus covid-19 dibandingkan harus mati akibat kelaparan. Di tengah kisruhnya masalah wabah pandemi covid-19, peningkatan kasus kriminalitas yang disebabkan tingginya angka kemiskinan dan pengangguaran acap kali terdengar disiaran televisi dan tertulis jelas diberbagai media cetak. 

Hal tersebut merupakan dampak tidak langsung yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Dikutip dari laman Kedutaan Besar Republik Indonesia di Brussel, Belgia. Pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin dalam hal penanganan pandemi ini, dengan mempertimbangkan nasib keuangan negara serta kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas, tercatat pemerintah Indonesia telah meluncurkan sejumlah kebijakan terkait pandemi sebagai berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun