Salah satu indikator kemajuan dan perkembangan terapeutik bisa dilihat dari catatan atau file materi terapi yang diterima oleh seorang pasien atau klien.Â
Pencatatan yang dilakukan bisa bermanfaat saat itu juga dan tentu saja di kemudian hari. Terkadang kita meremehkan arti catatan-catatan tersebut karena memang budaya ‘tutur’ kita lebih biasa dilakukan dibandingkan budaya ‘catat’ atau menuliskan (atau juga mengarsipkan).Â
Menulis artikel ini pun menolong saya untuk selalu ingat serta konsisten dalam melakukan pencatatan serta penyimpanan 'data' terkait proses terapeutik anak-anak berkebutuhan khusus.
Proses terapeutik yang dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus menjadi sebuah perjalanan panjang tumbuh kembang mereka. Kita mengetahui bersama bahwa proses terapi tersebut tidak hanya berlangsung sebentar bahkan bisa dikatakan sangat panjang dalam rentang kehidupan anak-anak tersebut dan juga membutuhkan sinergi serta kolaborasi banyak pihak.Â
Catatan perkembangan terapeutik ini bisa menjadi sebuah ‘jembatan komunikasi’ antar pihak yang melakukan intervensi pada anak-anak tersebut. Catatan ini begitu penting dan punya makna yang berkesinambungan bagi anak.Â
Bisa dibayangkan apabila proses terapi itu tidak dicatat atau bisa saja dicatat tetapi kemudian hilang pada saat anak-anak tersebut membutuhkan treatment lanjutan yang melibatkan pihak-pihak lain dalam melakukan intervensi terapeutik.Â
Tracing pada proses terapi amat sangat penting. Pihak yang terlibat biasanya menggunakan record data yang dicatat selama proses terapi.
Misalnya saja, diagnosis yang dibuat oleh dokter A atau psikolog B serta psikiater C, menjadi sebuah rujukan yang sangat penting bagi praktisi seperti guru dan terapis dalam menangani anak.Â
Tracing perkembangan dapat dilihat dari catatan-catatan yang dibuat oleh ‘tim terapi’ tersebut. Guru dan terapis juga melakukan pencatatan dan evaluasi melalui raport hasil evaluasi belajar (guru) atau catatan proses terapi (terapis).