Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Langkah Antisipatif Kontrol Perilaku Adiksi Gawai pada Anak

5 November 2021   04:30 Diperbarui: 5 November 2021   18:27 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak dan Gawai | Sumber: Unsplas/Patricia Prudente

Sejak Maret 2020 lalu, Indonesia termasuk salah satu negara dari sekian banyak negara di dunia yang berjuang menghadapi pandemi Covid-19. 

Banyak area terdampak, banyak kalangan terkena imbas dari pandemi ini, tak terkecuali area pendidikan dan yang terkait.

Pandemi memunculkan banyak gaya hidup baru. Banyak yang positif, saya tak menampik akan hal ini, tapi di sisi lain banyak juga hal yang kontraproduktif terjadi. Imbas penggunaan gawai terhadap pendidikan dan anak-anak menjadi salah satu masalah yang paling disorot.

Beberapa perjumpaan dengan orang tua dan juga guru memberikan kisah-kisah yang akhirnya meneguhkan sebuah keresahan yang terjadi di lini mental anak karena sisi yang kontraproduktif dari pandemi. 

Seorang ibu muda menceritakan pengalamannya seputar imbas penggunaan gawai pada anak tanpa pengawasan, yang pada akhirnya berdampak negatif pada sikap dan perilaku.

Ibu ini berkisah bahwa suatu saat dia memergoki seorang anak laki-laki, kira-kira berumur kurang lebih 8 tahun sedang membujuk temannya yang berjenis kelamin perempuan yang berusia lebih muda beberapa tahun darinya untuk membuka baju dan menyusui boneka yang disodorkan kepadanya. Tak ayal, ibu muda ini langsung menghentikan ‘adegan’ yang tengah berlangsung di hadapannya.

Sebuah pengalaman lain yang juga membuat sedih, saya ketahui dari seorang guru yang menceritakan pengalaman tetangganya dimana seorang anak perempuan berusia kurang lebih 7 tahun mengalami pelecehan oleh sepupunya sendiri (berjenis kelamin laki-laki) yang berusia 10 tahun.

Lebih menyedihkannya lagi, ketika ibu dari anak perempuan yang dilecehkan ini melaporkan kepada orang tua anak laki-laki tersebut, orang tua anak tersebut tidak peduli, dan bersikap antipati. Akhirnya ibu dari anak perempuan yang dilecehkan tersebut menutup kasus dan memilih untuk mendiamkan kasus tersebut karena ketakutan, malu, dan tidak ingin berkonflik. Tidak ada kabar kelanjutan dari kasus ini.

Berapa banyak kasus-kasus serupa yang mungkin terjadi di lingkungan kita yang belum terungkap dan (sengaja) tidak diungkapkan karena banyak pertimbangan seperti kasus di atas?

Merunut dari dua kasus serupa di atas, pelaku pelecehan yang notabene masuk dalam kategori usia anak-anak. 

Elizabeth B. Hurlock menjelaskan kategori usia anak-anak akhir dalam batas rentang usia 6 tahun hingga masa terjadi pubertas, yaitu 12 tahun. Rentang usia yang masih terlalu dini saya pikir untuk dapat melakukan hal-hal yang membuat miris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun