Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 - People Choice Kompasiana Awards 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malaikat Itu yang Jadi Juaranya

2 Desember 2020   13:50 Diperbarui: 2 Desember 2020   14:11 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari itu dia nampak lesu dan mengantuk. Saat itu terapi perilaku sedang berlangsung, saat materi sedang berjalan tiba-tiba anak ini memukul wajah saya dengan sangat keras dan tak terduga. Setelah itu dia pun tertawa puas.

Hidung dan mata saya terasa sakit bukan kepalang, sesaat pusing mendera. Saya hanya bisa memejamkan mata dan menahan rasa sakit.  Setelah saya dapat mengendalikan rasa sakit itu, kemudian saya memberi teguran sesuai dengan standar pengajaran yang harus saya lakukan.

Di kesempatan lain anak yang sama menggigit punggung saya dengan sangat keras, seolah giginya terasa menancap kuat saat itu di daging punggung menembus seragam kerja berbahan drill yang saya kenakan.

Secara spontan saya berlari meninggalkan anak tersebut menuju toilet dan menangis, seraya melihat bagian punggung di cermin yang tersedia di toilet tersebut. Teman-teman sesama terapis mengetuk pintu toilet dengan kencang dan menanyakan apakah saya baik-baik saja.

Keesokan harinya, pada saat jam yang sama, anak ini saya peluk, dan tanpa saya duga tangannya mengelus pipi kanan saya seolah mau mengatakan, “maafkan aku, Bu Nita.”

“Tidak apa-apa , Nak, ini proses untuk kita berdua. Bu Nita pun belajar banyak untuk memahamimu.”

*

Tak hanya di situ tempaan dan gemblengan untuk saya. Kesabaran saya kembali diuji melihat anak yang tantrum saat mendampingi terapis senior di ruangan okupasi. Saya melihatnya dan tak terasa air mata menetes.

Kesabaran saya terus menerus dilatih melalui bidang pekerjaan ini.

Bergelut dengan bidang pekerjaan ini tidak selalu mudah. Kami harus memiliki katarsis yang menyeimbangkan agar ‘kewarasan’ tetap bisa dipegang.

Bersyukur sekali saya bisa menangkap banyak ‘pesan’ yang dititipkan melalui ranah pekerjaan ini. Diantaranya mengenal sisi lain dari pekerjaan yang kemudian akan saya tekuni dalam setengah rentang karir saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun