Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Best Spesific Interest & People Choice 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Serenada Aroma Merdeka

14 Agustus 2020   09:15 Diperbarui: 14 Agustus 2020   09:51 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi / sumber : shutterstock melalui Kompas.com

Sabang membentang hingga Merauke,
melintang Nias hingga Miangas,
terbentang luas Ibu Pertiwiku,
cakrawala naungi kebesaran negeri nyiur melambai.

Tulus jiwa, raga, disertai darah, membayarnya,
demi sebuah aroma harum kemerdekaan,
mengoyak diri demi memeluk bebas,
sebuah harga tak ternilai untuk mencintamu.

Kini setelah hadir angka tujuh puluh lima,
aroma harum itu sedikit memudar,
bukan untuk melawan kedigdayaan bangsa lain,
musuh dalam selimut yang merintang,
sebuah arena laga baru untuk kembali diperjuangkan.

Melepas jerat ini begitu lara,
karena musuh sedarah yang kami lawan.
Bambu runcing kini menjadi sebuah petisi,
keris milik sang empu menjadi hukum-hukum yang menjerat,
untuk melawan kerabat yang tersesat.
Berat,
tapi demi kembalinya sebuah harum kebebasan yang pekat.

Satu dalam keberagaman,
tunggal dalam kebhinekaan,
erat dalam persaudaraan,
bergelayut dalam kebersamaan,
memeluk kesejatian dalam kemerdekaan,
di atas kaki bumi Pertiwi.

Indonesia,

kami cinta.

Merah putih,

teruslah berkibar di dada,

Dirgahayu........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun