Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisahku dengan Rayyan Raditya, Gali dan Temukan "Berlian" pada Diri Siswa

30 April 2020   13:05 Diperbarui: 30 April 2020   13:02 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Tangkapan laman  kanal youtube Rayyan yang viral beberapa waktu lalu | Sumber : Dok. Pribadi Rayyan

Bersyukur sekali kedua orang tua Rayyan, sangat mendukung tumbuh-kembangnya. Salah seorang Pakde Rayyan yang berada di Inggris kala itu pun turut serta untuk mendukung Rayyan, terutama dalam minatnya di bidang digital.

Suatu saat di laman Facebook saya, muncul postingan film kartun dengan durasi yang pendek saja, ternyata merupakan karya Rayyan yang terbaru di kanal Youtubenya. Woww, saya langsung mengomentari... "the next film animator at Pixar or Disney from Indonesia, very proud you, Ray!" Saya juga makin berharap, Indonesia punya rumah produksi film kartun sendiri yang mendunia, dengan desainer anak bangsa ini, Amiin!

Saat ini Rayyan tengah melanjutkan sekolah di jenjang menengah pertama di sebuah sekolah kerjasama Indonesia-Turki di kota Semarang. Saya mengingat perjuangan dia dari kecil, waktu pertama kali bertemu sekitar usia 4 atau 5 tahun. Dengan matanya yang bulat penuh, kulit putih, dan rambutnya yang ikal, sangat menggemaskan, dia terlihat aktif dan sangat tangkas, serta cerdas.

Waktu itu dia melalap mainan puzzle, yang terdiri dari 20-30 keping yang saya tugaskan kepadanya untuk diselesaikan, hanya dengan sekejap mata. Dia sangat cepat  dalam menyusun puzzle-puzzle lain yang memiliki kerumitan lebih tinggi dari sebelumnya.

Berkaca dari hal ini, setiap anak akan membawa kemampuannya sendiri, yang jika diasah dan dikembangkan, pasti akan jadi nilai lebih, yang bermanfaat bagi kehidupannya. Belajar merupakan sebuah episode hidup sepanjang hayat yang terjadi di kehidupan kita.

Belajar juga tidak harus terpancang pada sebuah bangunan bernama sekolah saja. Dunia ini merupakan materi belajar nyata yang bisa dijadikan bahan rangsangan atau stimulus bagi mereka. Jangan pernah putus asa, ketika di satu bidang atau beberapa bidang anak-anak kita lemah atau bahkan gagal.

Kisah Rayyan ini menurut pendapat saya pribadi bukan kegagalan, melainkan sebuah keberhasilan dalam bidang tertentu yang mendominasi minat khusus anak atau siswa. Tidak mengapa jika dalam bidang lain, anak atau siswa kita lemah bahkan mungkin menemui kegagalan, tetapi pasti ada "berlian" yang akan ditemukan dalam bidang yang mungkin diminatinya. Justru, ketika siswa atau anak kita minat pada suatu hal yang bermanfaat, dukunglah mereka, tentu, tidak melupakan juga tanggung jawab mereka sebagai pelajar untuk menyelesaikan tugas sekolahnya.

Carilah terus kemampuan dominan yang dimilikinya, sehingga hal ini akan menjadi sebuah semangat untuknya dalam mempelajari. Marah atau memberikan tekanan karena anak atau siswa kita tidak mampu, bukan jalan yang bijak untuk diambil, karena bisa mematikan daya kreatifnya dan semangatnya untuk belajar.

Satu contoh saya sajikan di artikel ini, Rayyan. Dia bisa terus berkarya di tengah kesibukan akademisnya di SMP dimana dia sekolah. Ini akan menjadi penyeimbang yang bisa membuat, dia menikmati hidupnya di masa mudanya. 

Jika saya ingat Rayyan, saya langsung teringat kisah Albert Einstein, dimana sekolah tempat dia belajar, kerap kali berseberangan, bahkan juga akhirnya mengeluarkan dia karena kelemahannya. 

Beruntunglah Einstein memiliki keluarga yang sangat mendukung, sehingga teori-teori fisika fenomenalnya, bisa menjadi manfaat bagi seluruh umat di dunia ini. E=mc2, sebuah teori relativitas yang akhirnya digunakan sekolah juga di dalam bidang ilmu teknologi dan fisika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun