Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Pendidik - ... n i t a ...

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisahku dengan Rayyan Raditya, Gali dan Temukan "Berlian" pada Diri Siswa

30 April 2020   13:05 Diperbarui: 30 April 2020   13:02 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Tangkapan laman  kanal youtube Rayyan yang viral beberapa waktu lalu | Sumber : Dok. Pribadi Rayyan

Selamat sore, Kompasianers. Berharap semua dalam keadaan sehat dan baik-baik, yah.

Edukasi merupakan sebuah sarana yang bisa dipakai untuk meningkatkan kemampuan manusia. Perlu digarisbawahi, ranah edukasi sangat luas. Edukasi bisa ditemukan dalam berbagai aspek atu bidang. Secara sempit edukasi bisa kita temukan di sekolah-sekolah.

Anak-anak atau siswa kita, merupakan individu yang diperlengkapi dengan kemampuannya sendiri. Saya sangat yakin, siswa saya PASTI memiliki kemampuan atau kompetensi sendiri, tak harus semua memiliki kemampuan atau kompetensi yang sama. Jika mungkin ada kelemahan di satu, dua, bahkan tiga titik atau lebih, jangan putus asa, gali terus kemampuannya, pasti akan muncul kemampuan atau kompetensinya jika didukung, diasah, dan dikembangkan terus.

Saya memiliki banyak kisah tentang penggalian-penggalian berlian di dalam siswa yang saya telah temui selama saya berprofesi di dunia pendidikan dan psikologi. Salah satunya akan saya bagikan dalam artikel berikut ini.

Sore ini saya teringat, akan murid kesayangan saya yang ganteng, cerdas, dan kreatif. Dia pun sangat fasih berbahasa Inggris, dia bernama Rayyan Raditya. Saat itu saya, diberi kesempatan Tuhan, untuk dapat berjumpa dengan dia.

Satu tahun sebelumnya, kami pernah ada dalam situasi belajar bersama dalam sesi belajar privat di Kota Semarang. Sang Mama, kembali menelepon untuk membantu Rayyan belajar secara eksklusif waktu itu. Rayyan sangat aktif dan sangat meminati dunia editing film dan komputer. Dia sangat menikmati dunia 'visual dan gambar' sejak kecil, setidaknya itu pengamatan saya ketika mendampinginya.

Mama dan Papa Rayyan seringkali menceritakan debut-debut film yang dibuat oleh Rayyan. Waktu itu sang Papa memperlihatkan jumlah subscriber di Youtube channel yang Rayyan miliki. Saya hanya terbengong-bengong saat itu, jika tidak salah saat itu Rayyan berumur 9 atau 10 tahun. Saat ini Rayyan telah memiliki dua akun di kanal Youtube-nya. Kanal Youtube yang terbaru adalah https://www.youtube.com/channel/UCrUhQeLDv7lpZifWfPr4uGQ. Sedangkan kanal yang dibuat saat usianya lebih kecil dari saat ini, hanya kadang saja ditambahkan video-video barunya.

Ilustrasi laman youtuber Rayyan terdahulu | Sumber : Dok. Rayyan Raditya
Ilustrasi laman youtuber Rayyan terdahulu | Sumber : Dok. Rayyan Raditya
Saya juga mendengar, di usia yang masih sangat muda itu, Rayyan telah berhasil membuat video berdurasi pendek dengan mengedit film Thomas and friends, kalau saya tidak salah, dan berhasil mendapatkan monetisasi Rp. 11.000.000,- dari kanal Youtube-nya kala itu. Wow...! 

Bukan uangnya sebenarnya yang jadi perhatian saya, saya kagum, anak seusianya sudah bisa berkarya dalam bidang itu. Saya bahkan tidak mampu. Tetapi, memang itu adalah sekian banyak prestasi dari minatnya di dunia digital. Di sisi lain, juga ada beberapa hal yang memang harus diarahkan dan ditingkatkan, bahkan cenderung kurang. Terkadang hal ini juga menjadi hambatan dan masalah dalam lini edukasinya sebagai siswa di bangku sekolah formal.

Saat saya membantunya belajar, memang fokus dan konsentrasinya sangat perlu dilatih terutama untuk hal-hal yang berbau membaca, menulis dengan teks. Dia akan menjadi sangat lemas dan bosan ketika hanya disuruh membaca, duduk, tenang, dan menyimak celotehan-celotehan kita. Ini pun diiyakan oleh beberapa guru yang dulu pernah bekerjasama dengan saya, ketika saya melakukan observasi di sekolah Rayyan kala itu.

Beberapa diagnosa Psikolog memang diberikan kepada Rayyan saat itu. Saya sebagai pendampingnya memiliki intuisi dan insting, anak ini cerdas, dan kreatif. Pasti ada sisi lain yang bisa dikembangkan dan akan menjadi satu titik kekuatan terbesarnya.

Bersyukur sekali kedua orang tua Rayyan, sangat mendukung tumbuh-kembangnya. Salah seorang Pakde Rayyan yang berada di Inggris kala itu pun turut serta untuk mendukung Rayyan, terutama dalam minatnya di bidang digital.

Suatu saat di laman Facebook saya, muncul postingan film kartun dengan durasi yang pendek saja, ternyata merupakan karya Rayyan yang terbaru di kanal Youtubenya. Woww, saya langsung mengomentari... "the next film animator at Pixar or Disney from Indonesia, very proud you, Ray!" Saya juga makin berharap, Indonesia punya rumah produksi film kartun sendiri yang mendunia, dengan desainer anak bangsa ini, Amiin!

Saat ini Rayyan tengah melanjutkan sekolah di jenjang menengah pertama di sebuah sekolah kerjasama Indonesia-Turki di kota Semarang. Saya mengingat perjuangan dia dari kecil, waktu pertama kali bertemu sekitar usia 4 atau 5 tahun. Dengan matanya yang bulat penuh, kulit putih, dan rambutnya yang ikal, sangat menggemaskan, dia terlihat aktif dan sangat tangkas, serta cerdas.

Waktu itu dia melalap mainan puzzle, yang terdiri dari 20-30 keping yang saya tugaskan kepadanya untuk diselesaikan, hanya dengan sekejap mata. Dia sangat cepat  dalam menyusun puzzle-puzzle lain yang memiliki kerumitan lebih tinggi dari sebelumnya.

Berkaca dari hal ini, setiap anak akan membawa kemampuannya sendiri, yang jika diasah dan dikembangkan, pasti akan jadi nilai lebih, yang bermanfaat bagi kehidupannya. Belajar merupakan sebuah episode hidup sepanjang hayat yang terjadi di kehidupan kita.

Belajar juga tidak harus terpancang pada sebuah bangunan bernama sekolah saja. Dunia ini merupakan materi belajar nyata yang bisa dijadikan bahan rangsangan atau stimulus bagi mereka. Jangan pernah putus asa, ketika di satu bidang atau beberapa bidang anak-anak kita lemah atau bahkan gagal.

Kisah Rayyan ini menurut pendapat saya pribadi bukan kegagalan, melainkan sebuah keberhasilan dalam bidang tertentu yang mendominasi minat khusus anak atau siswa. Tidak mengapa jika dalam bidang lain, anak atau siswa kita lemah bahkan mungkin menemui kegagalan, tetapi pasti ada "berlian" yang akan ditemukan dalam bidang yang mungkin diminatinya. Justru, ketika siswa atau anak kita minat pada suatu hal yang bermanfaat, dukunglah mereka, tentu, tidak melupakan juga tanggung jawab mereka sebagai pelajar untuk menyelesaikan tugas sekolahnya.

Carilah terus kemampuan dominan yang dimilikinya, sehingga hal ini akan menjadi sebuah semangat untuknya dalam mempelajari. Marah atau memberikan tekanan karena anak atau siswa kita tidak mampu, bukan jalan yang bijak untuk diambil, karena bisa mematikan daya kreatifnya dan semangatnya untuk belajar.

Satu contoh saya sajikan di artikel ini, Rayyan. Dia bisa terus berkarya di tengah kesibukan akademisnya di SMP dimana dia sekolah. Ini akan menjadi penyeimbang yang bisa membuat, dia menikmati hidupnya di masa mudanya. 

Jika saya ingat Rayyan, saya langsung teringat kisah Albert Einstein, dimana sekolah tempat dia belajar, kerap kali berseberangan, bahkan juga akhirnya mengeluarkan dia karena kelemahannya. 

Beruntunglah Einstein memiliki keluarga yang sangat mendukung, sehingga teori-teori fisika fenomenalnya, bisa menjadi manfaat bagi seluruh umat di dunia ini. E=mc2, sebuah teori relativitas yang akhirnya digunakan sekolah juga di dalam bidang ilmu teknologi dan fisika.

Saya sebagai seorang praktisi pendidikan sangat optimis, bahwa anak bangsa kita juga memiliki kapasitas kemampuan, intelektual, minat, kreativitas yang tak kalah dengan bangsa lain. 

Tugas kita mengarahkan dan memberikan stimulus yang akan terus membuat mereka menapaki jalan mereka sendiri dan mencapai goal terbaik yang akan mewarnai hidup mereka dan memberi manfaat bagi orang banyak di sekelilingnya.

Akhir kata, temukan dominasi kemampuan anak atau siswa kita. Jangan terlalu membidik kelemahan akademisnya, terus cari dan capai prestasi di bidang-bidang yang diminati oleh anak atau siswa kita.

Indonesia bisa, dan majulah anak-anak Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun