Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Aku Perempuan, Aku Petualang Profesi

13 April 2021   17:57 Diperbarui: 13 April 2021   18:04 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai perempuan, ketika bekerja malam hari dan beberapa orang mabuk sembarangan menegur, rasanya takut bukan main tapi saya harus kuat. Meski pada suatu malam saya menangis hingga bersembunyi di ranjang karena orang mabuk menerobos rumah saya tinggal, betapa ketakutannya. 

Profesi ini adalah setahun yang berarti dan mengantarkan saya pada profesi selanjutnya yang seru tidak terbayangkan.

3. Jadi guru honorer

Berbekal pengalaman satu tahun menjadi guru, ketika pulang kampung mendapatkan pekerjaan di luar daerah lagi. Hanya saja, orangtua tidak mengizinkan akhirnya nekat melamar pekerjaan jadi guru agama islam padahal ijazahnya bukan keguruan. 

Sekolah yang dituju kebetulan sedang kekurangan guru agama Islam sehingga satu semester saya bekerja di sana. Selama bekerja sebagai guru honorer, saya mengelola beberapa kegiatan kerelawanan di kabupaten. Salah satunya Kelas Inspirasi Aceh Barat Daya 1 dan membangun pustaka bergerak Sigupai Mambaco. 

Perjalanan dari rumah saya ke sekolah menempuh waktu 30 menit, sekolah tidak mampu membayar banyak guru honorer hanya untuk bensin selama 15 hari untuk mengajar selama satu semester, bayangkan. Namun, di sini saya tau bahwa jadi guru honorer dan di desa adalah hakikatnya seorang guru dicoba. Anak-anak sering membawa pisang, jeruk, keripik dan apa saja hasil kebun dititipi orangtuanya, katanya untuk diberikan pada bu guru. Saya merasa terikat secara emosional. Meski akhirnya mencari pekerjaan sampingan untuk bensin motor tetap tidak ingin meninggalkan sekolah. 

Hanya saja, kabupaten kami melakukan pemutihan, honorer dilarang, tenaga kontrak dikurangi agar kerja PNS maksimal sebab dibayar negara. Saya salah satu yang terusir karena bukan keguruan dan honorer. Akhirnya saya berhenti menjadi guru.

4. Humas Sekolah Swasta

Sebetulnya, sejak pulang dari Sulawesi saya sudah diminta ke sekolah ini bahkan sejak 2015, seminggu setelah wisuda. Hanya saja, saya sadar diri bukan jurusan pendidikan dan ketika itu ilmu saya kurang sekali. Jika saya ikut bergabung maka dampak yang hanya ciptakan sungguh tidak ada. Saya hanya akan menjadi para pengikut yang bekerja untuk menerima gaji di akhir bulan. 

Setelah tidak bisa jadi guru honorer akhirnya saya menerima ajakan kepala sekolah swasta tersebut untuk bekerja di sana. Awalnya, kepala sekolah binggung saya mau diberi pekerjaan apa, sangking sudah terisi semua tapi saya dipaksa masukkan di pertengahan semester. 

Sekolah ini tempat bertumbuh, bertemu dengan rekan kerja yang baik-baik dan mengigatkan kebaikan terutama hafalan surat annaba yang selalu diulang-ulang diingatkan untuk segera disetor. Berlomba dalam kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun