Mohon tunggu...
Nisrina S Susilaningrum
Nisrina S Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Great Learner

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Bebas Khawatir dengan Switch

16 September 2020   00:04 Diperbarui: 16 September 2020   00:06 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hidup di era digital? Jangan kaget ya, karena semua serba cepat, mudah dan instan. Bagi anak-anak jaman now, internet seakan-akan jadi kebutuhan primer. Mereka banyak menghabiskan waktu di depan smartphone atau komputer daripada melakukan aktivitas diluar ruangan. 

Mereka dapat dengan mudah mencari informasi di search engine tanpa harus membaca buku. Agar dapat dikenal publik, mereka dapat secara instan menjadi youtubers atau vlogger kemudian disebarkan melalui social media. 

Hidup di era digital memang seru dan banyak tantangannya. Era digital adalah masa dimana manusia telah melek teknologi dan semuanya serba terkoneksi. 

Apalagi di masa pandemi seperti ini, semuanya benar-benar serba online. Sekolah online, kuliah online, sampai yang terbaru saat ini adalah OSPEK online. 

Bagaimana rasanya? Saya menanyakan hal itu pada keponakan, tadi pagi. Dia menjawab sambil tertawa, "Ya, beginilah, Te." Sambil menunjukkan rambutnya yang telah dikuncir sesuai tanggal lahirnya yaitu 19. Saya ikut tertawa melihatnya, jadi kebayang dulu saya OSPEK harus berkumpul di lapangan sambil berpanas-panasan. Tapi senang, karena berkumpul dengan teman-teman. 

Bagaimana dengan anak-anak jaman now yang ketemunya hanya lewat daring. Sekolah yang selain berfungsi sebagai tempat menuntut ilmu, juga berfungsi sebagai ajang sosialisasi, kini benar-benar berubah total. Siswa belajar di rumah, yang artinya tak bisa bersua dengan teman. 

Sungguh, masa yang amat menguras pikiran juga tenaga. Belum lagi jika koneksi internet buruk, sekolah daring, ujian daring, ataupun yang lain-lain yang bersifat daring menjadi terhambat. Apalagi yang ada di pelosok, sinyal amat susah, terkadang malah zonk, tak ada sinyal sama sekali.

Bagi ibu-ibu, atau orang tua pastilah hal ini akan menjadi masalah tersendiri. Pekerjaan terganggu, sekolah daring tidak selesai, bisa-bisa orang tua yang awalnya sehat akan langsung menderita darting alias darah tinggi akut.

Saya sendiri sebagai seorang pengajar juga amat membutuhkan koneksi internet lancar. Karena amat tidak menyenangkan ketika kita menerangkan kepada siswa tiba-tiba koneksi terputus. Rasanya ingin sekali berteriak, eh tapi dikira ODGJ. Lha bagaimana tidak sebal, kurang sedikit lagi, eh malah putus. Ketika tersambung lagi, feel-nya sudah beda. 

Ada lagi cerita, ketika mengikuti webinar, tiba-tiba koneksi terputus juga, padahal saya sudah menyiapkan kuota besar agar tidak habis di tengah jalan atau di tengah seminar, huft tetapi tetap saja. Padahal saya tinggal di ibukota yang notabene jaringannya selalu bagus. Tapi, yah begitulah.

Masih banyak lagi cerita sejenis dari teman-teman, seperti sinyal yang hanya dua bar, atau dipakai untuk mencari data, hanya muter-muter aja, laman tidak terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun