Mohon tunggu...
Nisbi Indonesia
Nisbi Indonesia Mohon Tunggu... Direktur

Pengelola Lembaga Training & Konsultan Nisbi Indonesia. Nisbi berlokasi di D.I.Yogyakarta, menyediakan kebutuhan pelatihan untuk perusahaan nasional maupun internasional, dalam bidang Manajemen (Strategik, Keuangan, SDM, Pemasaran), Konstruksi dan IT. Hobi olahraga : Lari, Sepakbola dan Badminton.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Industri Otmotif : Pergeseran Produksi Dari ICE Ke Kendaraan Listrik (EV) Dan Dampaknya Pada Rantai Pasok

16 Oktober 2025   13:42 Diperbarui: 16 Oktober 2025   13:42 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Industri Otmotif : Pergeseran Produksi Dari ICE Ke Kendaraan Listrik (EV) Dan Dampaknya Pada Rantai PasokSumber : Freeepik 

Industri otomotif global sedang melalui pergeseran paling fundamental sejak penemuan lini perakitan massal: transisi dari Internal Combustion Engine (ICE), atau mesin pembakaran internal, menuju Kendaraan Listrik (EV). Bagi Indonesia, sebagai basis manufaktur otomotif terbesar di Asia Tenggara, pergeseran ini adalah tantangan sekaligus peluang emas. Perubahan bukan hanya terjadi pada produk akhir, tetapi juga merombak seluruh ekosistem rantai pasok yang selama puluhan tahun didominasi oleh komponen ICE. Memasuki Kuartal IV 2025, produsen dan pemasok komponen di Indonesia harus bergerak cepat untuk beradaptasi atau berisiko tertinggal.

Perombakan Komponen: Hilangnya Jantung ICE

Kendaraan listrik memiliki arsitektur yang jauh lebih sederhana dibandingkan mobil konvensional. Rantai pasok yang berfokus pada ICE kini menghadapi ancaman eksistensial:

  1. Komponen yang Tersingkir: Mobil ICE mengandung ribuan komponen bergerak yang kompleks, mulai dari blok mesin, sistem bahan bakar, knalpot, hingga transmisi multi-kecepatan. Dalam EV, komponen-komponen ini digantikan oleh baterai, motor listrik, dan sistem manajemen daya. Pemasok lokal yang spesialisasi pada komponen mesin ICE kini harus melakukan diversifikasi atau menghadapi penurunan permintaan yang drastis.

  2. Komponen Baru yang Dibutuhkan: Pergeseran ini menciptakan permintaan besar untuk komponen baru yang didominasi oleh teknologi tinggi:

    • Baterai dan Komponen Baterai: Meliputi sel baterai, modul, dan Battery Management System (BMS). Indonesia memiliki keunggulan nikel sebagai bahan baku utama, yang harus segera diikuti dengan hilirisasi hingga produksi sel baterai.

    • Motor Listrik dan Inverter: Komponen penggerak utama EV. Ini memerlukan presisi tinggi dalam manufaktur dan teknologi magnet permanen.

    • Perangkat Lunak dan Elektronik Daya: Ketergantungan EV pada software dan sensor sangat tinggi. Rantai pasok kini harus mengakomodasi perusahaan teknologi dan elektronik, bukan hanya mekanikal.

Tantangan Bagi Pemasok Lokal (Tier-2 dan Tier-3)

Dampak paling berat dari transisi ini terasa pada pemasok komponen lokal (Tier-2 dan Tier-3) yang merupakan mayoritas dalam rantai pasok otomotif Indonesia.

  • Kesenjangan Teknologi: Banyak pemasok lokal masih terikat pada teknologi manufaktur tradisional. Bergeser ke komponen EV, seperti BMS atau high-voltage cable, memerlukan investasi besar pada mesin robotics dan akuisisi lisensi teknologi yang mahal.

  • Standar Mutu yang Lebih Tinggi: Komponen EV, terutama yang terkait dengan baterai dan keselamatan listrik, tunduk pada standar mutu global yang jauh lebih ketat. Pemasok harus bersertifikasi ulang dan memenuhi persyaratan keamanan baru.

  • Pelatihan Tenaga Kerja: Kebutuhan akan skillset berubah dari mekanik menjadi teknisi elektro dan spesialis software. Perusahaan harus berinvestasi pada pelatihan ulang tenaga kerja mereka agar mampu mengelola produksi dan pemeliharaan komponen EV.

Strategi Indonesia: Hilirisasi Nikel dan Integrasi Rantai Pasok

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa kunci keberhasilan transisi ini adalah memanfaatkan sumber daya nikel domestik untuk menguasai rantai pasok baterai global.

  1. Menarik Investasi Baterai: Pemerintah aktif menarik investasi asing untuk membangun pabrik end-to-end baterai, mulai dari pemurnian nikel, produksi prekursor, hingga perakitan sel baterai. Tujuan utamanya adalah menciptakan ekosistem baterai terintegrasi di dalam negeri.

  2. Kemitraan dan Alih Teknologi: Mendorong kolaborasi antara produsen EV global dengan pemasok lokal untuk memfasilitasi alih teknologi. Program ini harus memastikan bahwa pemasok lokal tidak hanya menjadi perakit, tetapi juga mampu memproduksi komponen inti.

Kesimpulan

Pergeseran produksi dari ICE ke EV adalah gelombang tsunami yang akan mengubah lanskap industri otomotif Indonesia selamanya. Dampaknya pada rantai pasok sangat transformatif, menuntut diversifikasi skill dan investasi teknologi yang signifikan dari pemasok lokal. Keunggulan nikel memberikan Indonesia posisi tawar yang kuat di segmen baterai, namun keberhasilan jangka panjang bergantung pada kecepatan kita dalam mengatasi gap teknologi di sektor komponen lainnya. Inilah saatnya industri manufaktur Indonesia membuktikan kapasitas adaptasi mereka.

Siap menganalisis risiko dan peluang dalam rantai pasok EV serta merumuskan strategi diversifikasi bisnis manufaktur Anda? Kunjungi nisbiindonesia.com untuk mendapatkan pelatihan dan analisis komprehensif dari para ahli di bidang manajemen rantai pasok, teknologi EV, dan strategi bisnis industri 4.0.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun