Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Selain Mengurangi Oksigen, Plastik Juga Membuat Gemuk

3 Agustus 2019   14:51 Diperbarui: 3 Agustus 2019   15:03 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari, berapa kali kita memakai plastik? Alat mandi, wadah makanan dan minuman hingga perabot rumahtangga tak sedikit yang berbahan dasar plastik.  Sifatnya yang ringan dan elastis, daripada kayu dan logam, dengan harga (sedikit) lebih murah membuatnya digunakan sehari-hari.

Di sisi lain, plastik adalah bahan yang paling sulit didaur ulang.  Tak heran, kini sejumlah instansi resmi di Indonesia, termasuk sekolah dan universitas, melarang penggunaan minuman botol dan gelas plastik.  Gantinya, air minum pun disediakan dalam gelas kaca atau gelas kertas sehari-harinya.

Akhir Juli lalu (Ahad, 28 Juli 2019), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kementerian Koordinator Kemaritiman menggelar acara gerakan "Satu Juta Tumbler" di GBK Jakarta. Tujuannya tentu untuk mengurangi jumlah sampah plastik.

Data dari Kominfo menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dunia sebagai penghasil sampah plastik sebesar 3.5 juta ton per tahun.  Selain di daratan dan lautan, sampah plastik turut menimbulkan pencemaran udara.  Dampaknya yaitu berkurangnya oksigen (O2) di udara.

Selama ini, kita lebih akrab dengan konsep bahwa oksigen berasal dari tanaman.  Bagi (mantan) anak IPA, masih ingat kan proses fotosintes? Itulah penjelasan dari banyaknya sekolah yang mewajibkan para siswa baru membawa tanaman ke sekolah.  Oksigen adalah produk dari fotosintesis pada tanaman.

Lalu, kenapa oksigen penting bagi manusia? Mengacu pada "Aturan Angka 3 (The Rules of Three)", tanpa makanan, manusia bisa bertahan sekitar 3 minggu, 3 hari tanpa air, dan (hanya) 3 menit tanpa oksigen.  Absennya oksigen berdampak fatal bagi tubuh yaitu kerusakan otak hingga kematian.  Hiiy!

Nah, siapa sangka bahwa ternyata hingga 10 persen oksigen yang kita hirup di bumi ini berasal dari (satu) jenis bakteri di lautan.  Jadi bukan hanya tanaman di daratan yang menghasilkan oksigen, tapi mikroorganisme di lautan juga berperan penting sebagai produsen oksigen untuk kehidupan manusia.

Jumlah bakteri penghasil oksigen, Prochlorococcus, dari lautan ini bisa berkurang karena sampah plastik (Ilustrasi: climate.mit.edu)
Jumlah bakteri penghasil oksigen, Prochlorococcus, dari lautan ini bisa berkurang karena sampah plastik (Ilustrasi: climate.mit.edu)

Para peneliti dari Macquarie University di Sydney-Australia menemukan bahwa sampah plastik menghambat pertumbuhan dan fungsi tubuh bakteri laut yang bernama Prochlorococcus tersebut.  Hasil penelitian biologi maritim itu telah dimuat dalam jurnal ilmiah Communications Biology pada Mei 2019.     

Padahal, Prochlorococcus adalah bakteri penghasil oksigen terbesar dari lautan.  Bakteri berwarna hijau itu berperan utama dalam rantai makanan dan fotosintesis di laut. Jumlah Prochlorococcus secara global sekitar 3 octillion (10 pangkat 27).  Ada 27 nol di belakang angka octillion. Banyak banget yah jumlah nolnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun