"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan"(Q.S. Ali Imran: (3) 133 -134). Â Murah hati dan pemaaf termasuk ciri-ciri ketaqwaan.
Sayang lho, sudah seharian menahan lapar dan dahaga fisik, namun ego dan emosi jiwa masih (mudah) terusik.  Puasanya sih enggak batal.  Tapi, kira-kira bagaimana nilai pahalanya ya jika waktu shaum tetap saling bermusuhan? Ingat, intinya puasa itu  adalah pengendalian diri.
Maka itulah, harapan saya adalah semakin banyak orang -- khususnya saya pribadi - yang mampu (lebih) sering bersedekah kepada siapa saja. Â Contohnya saat berbagi takjil di jalan raya menjelang Maghrib, setiap pengguna jalan berhak menerimanya tanpa memandang SARA.
Selain itu, saya juga berharap, Ramadan ini dapat merekatkan lagi tali persatuan dan persaudaraan dalam seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Â Nafsu amarah (menggebu-gebu) yang sebelum Ramadan sempat merusak silaturahmi saatnya dikendalikan dengan hati-hati.
Lapang dada dan bukan pendendam juga termasuk sikap orang bertaqwa yang dilatih selama sebulan penuh shaum Ramadan. Â Semoga selepas Ramadan, derajat ketaqwaan - sebagai tujuan utama shaum - dapat diraih para muslim dan berujung pada semakin kokohnya persatuan seluruh rakyat Indonesia, Aamiin YRA. Â InsyaAllah, bersatu Indonesia pun teguh.