Jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30 ketika aku dan temanku Hilda berangkat ke sekolah. Ketika perjalanan, tiba-tiba ada benda asing yang dilempar ke jalanan. Klontang..tang..tang. Rupanya seseorang dari dalam mobil membuang kaleng minuman. Tanpa rasa bersalah, orang itu langsung ngebut. Kaleng kosong itu hampir saja menghalangi laju sepedaku. Dengan sigap aku menghindarinya.
"Iiish! Keterlaluan! Siapa sih yang pagi-pagi buang kaleng sembarangan?!" omelku. "Sabar, Giz. Percuma kamu marah, orangnya sudah pergi." Hilda mencoba menenangkan, "Tapi hampir saja aku celaka. Kalau telat menghindar pasti aku sudah jatuh. Bahaya tau, mentang-mentang naik mobil boleh seenaknya begitu apa?" kataku ngotot. "Iya..iya memang tidak seharusnya buang sampah sembarangan. Tidak ada bedanya juga, mau jalan kaki, naik mobil, atau naik apapun, buang sampah ya harus pada tempatnya. Sudah, kita buang saja kalengnya." Hilda kemudian memungut dan membuangnya ke tempat sampah terdekat.
Meskipun masih kesal dengan kejadian tadi namun semangatku masih tersisa, karena pagi ini ada pelajaran IPA, pelajaran kesukaanku. Bu Ester sedang menjelaskan dampak kerusakan lingkungan, khususnya banjir. Bu Ester menjelaskan bahwa banjir disebabkan oleh curah hujan tinggi disertai dengan berkurangnya daerah resapan air hujan. Hutan-hutan yang seharusnya mampu menampung debit air tidak bisa berfungsi dengan baik disebabkan oleh penebangan hutan dan alih fungsi lahan. Selain itu, penumpukan sampah di sepanjang bantaran sungai juga mengakibatkan pendangkalan sungai.
Bu Ester juga mengajak kami untuk saling menjaga lingkungan. Dilarang membuang sampah sembarangan, apalagi di sungai. Aku jadi ingat, aku sering tidak peduli pada keberadaan sampah. Aku sering jajan di kantin dan bungkusnya kubuang sesukaku. Saat membeli minuman cup, cup-nya kutinggalkan begitu saja di halaman sekolah karena kupikir sudah menjadi tugas Pak Basri, pak bon kami, untuk membersihkannya. Di akhir pelajaran, Bu Ester memberi pekerjaan rumah kepada kami. Kami diperintahkan untuk membuat karya apapun dari botol plastik bekas dan membawanya ke sekolah. Karena belum mendapat ide, aku pun bertanya pada teman-teman saat jam istirahat. Aku mendekati Manda yang sedang asyik makan snack.
"Hey, Manda. Kamu sudah punya ide membuat karya apa?"
"Em...mungkin aku mau buat seperti ini tapi warnanya berbeda." kata Manda sambil menyodorkan tempat pensil hijaunya.
"Aku baru tahu tempat pensilmu ini. Baru ya? Bagus." sambil tersenyum Manda menjawab, " Ini bahannya dari botol plastik bekas lho."
"Hah? Botol bekas?" tanyaku heran.
"Iya, botol bekas. Beberapa hari ini kakakku giat mempraktikkan tutorial dari youtubetentang pembuatan kerajinan dari barang bekas, salah satunya dengan memanfaatkan botol plastik bekas. Kelihatannya sih mudah, tapi praktiknya butuh kesabaran dan ketelitian. Nah, tempat pensil ini buatanku sendiri dengan sedikit bantuan dari kakakku. Kalau kamu mau, nanti sore kamu bisa mampir ke rumahku." ajak Manda.
"Wah boleh-boleh." aku mengangguk cepat. Hilda yang sedari tadi mendengarkan kami sepertinya juga tertarik, ia langsung memohon untuk ikut ke rumah Manda.
*****