Mohon tunggu...
Anisa Aqmarina
Anisa Aqmarina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lingkungan Sehat Kita yang Rawat

24 November 2017   07:03 Diperbarui: 24 November 2017   07:36 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30 ketika aku dan temanku Hilda berangkat ke sekolah. Ketika perjalanan, tiba-tiba ada benda asing yang dilempar ke jalanan. Klontang..tang..tang. Rupanya seseorang dari dalam mobil membuang kaleng minuman. Tanpa rasa bersalah, orang itu langsung ngebut. Kaleng kosong itu hampir saja menghalangi laju sepedaku. Dengan sigap aku menghindarinya.

"Iiish! Keterlaluan! Siapa sih yang pagi-pagi buang kaleng sembarangan?!" omelku. "Sabar, Giz. Percuma kamu marah, orangnya sudah pergi." Hilda mencoba menenangkan, "Tapi hampir saja aku celaka. Kalau telat menghindar pasti aku sudah jatuh. Bahaya tau, mentang-mentang naik mobil boleh seenaknya begitu apa?" kataku ngotot. "Iya..iya memang tidak seharusnya buang sampah sembarangan. Tidak ada bedanya juga, mau jalan kaki, naik mobil, atau naik apapun, buang sampah ya harus pada tempatnya. Sudah, kita buang saja kalengnya." Hilda kemudian memungut dan membuangnya ke tempat sampah terdekat.

Meskipun masih kesal dengan kejadian tadi namun semangatku masih tersisa, karena pagi ini ada pelajaran IPA, pelajaran kesukaanku. Bu Ester sedang menjelaskan dampak kerusakan lingkungan, khususnya banjir. Bu Ester menjelaskan bahwa banjir disebabkan oleh curah hujan tinggi disertai dengan berkurangnya daerah resapan air hujan. Hutan-hutan yang seharusnya mampu menampung debit air tidak bisa berfungsi dengan baik disebabkan oleh penebangan hutan dan alih fungsi lahan. Selain itu, penumpukan sampah di sepanjang bantaran sungai juga mengakibatkan pendangkalan sungai.

Bu Ester juga mengajak kami untuk saling menjaga lingkungan. Dilarang membuang sampah sembarangan, apalagi di sungai. Aku jadi ingat, aku sering tidak peduli pada keberadaan sampah. Aku sering jajan di kantin dan bungkusnya kubuang sesukaku. Saat membeli minuman cup, cup-nya kutinggalkan begitu saja di halaman sekolah karena kupikir sudah menjadi tugas Pak Basri, pak bon kami, untuk membersihkannya. Di akhir pelajaran, Bu Ester memberi pekerjaan rumah kepada kami. Kami diperintahkan untuk membuat karya apapun dari botol plastik bekas dan membawanya ke sekolah. Karena belum mendapat ide, aku pun bertanya pada teman-teman saat jam istirahat. Aku mendekati Manda yang sedang asyik makan snack.

"Hey, Manda. Kamu sudah punya ide membuat karya apa?"

"Em...mungkin aku mau buat seperti ini tapi warnanya berbeda." kata Manda sambil menyodorkan tempat pensil hijaunya.

"Aku baru tahu tempat pensilmu ini. Baru ya? Bagus." sambil tersenyum Manda menjawab, " Ini bahannya dari botol plastik bekas lho."

"Hah? Botol bekas?" tanyaku heran.

"Iya, botol bekas. Beberapa hari ini kakakku giat mempraktikkan tutorial dari youtubetentang pembuatan kerajinan dari barang bekas, salah satunya dengan memanfaatkan botol plastik bekas. Kelihatannya sih mudah, tapi praktiknya butuh kesabaran dan ketelitian. Nah, tempat pensil ini buatanku sendiri dengan sedikit bantuan dari kakakku. Kalau kamu mau, nanti sore kamu bisa mampir ke rumahku." ajak Manda.

"Wah boleh-boleh." aku mengangguk cepat. Hilda yang sedari tadi mendengarkan kami sepertinya juga tertarik, ia langsung memohon untuk ikut ke rumah Manda.

*****

Sesampai di rumah Manda, kami segera dipersilakan masuk olehnya. "Kak Citra sudah nungguin kalian lho!" kata Manda. Di ruang tengah sudah ada beberapa hasil kerajinan tangan berjejer dari botol bekas. Ada bunga, hiasan lampu, celengan, tempat pensil, dan dompet.

Di meja tengah, Manda telah menyiapkan peralatan seperti gunting, tang, lem, tali, resleting, dan cat air. "Kalian bebas berkreasi mau bikin apa, nanti kakak bantu!" Kak Citra menawarkan. "Asyiikk!!" seru kami kompak. Kebetulan aku dan Hilda sudah membawa botol plastik dari rumah. Karena botolku berukuran besar, aku memutuskan untuk membuat celengan, sedangkan Hilda membuat dompet. Manda sepertinya masih ingin membuat tempat pensil lagi. Kami menikmati proses membuat kerajinan tangan ini. Kak Citra mengajari kami dengan sabar.

*****

Tibalah waktunya untuk menunjukkan hasil karya kami. Bu Ester berkeliling sambil mengecek hasil kreativitas kami. Beberapa anak diminta maju untuk menjelaskan kegunaan dari masing-masing karyanya. Ada yang membuat hiasan dinding, sendok, dompet, tempat pensil, dan lainnya.  Aku pun ikut memamerkan celenganku berbentuk babi yang sudah kucat dengan warna merah muda.

Ternyata barang bekas masih bisa diolah menjadi barang yang bermanfaat. Seperti yang telah dijelaskan Bu Ester, sampah bisa dikelola dengan menerapkan sistem 3R yaitu reuse atau menggunakan kembali benda yang masih berfungsi,reduceyang berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah, serta recycle yang berarti mengolah atau mendaur ulangnya menjadi barang baru yang bermanfaat. Pada pertemuan selanjutnya Bu Ester akan mengajak kami ke tempat pengolahan pupuk kompos. Aku sudah tak sabar menunggu.

Penjelasan dari Bu Ester dan kejadian kaleng di jalan kemarin membuatku tersadar untuk tidak buang sampah sembarangan. Sepulang sekolah aku menemui Pak Basri yang sedang menyapu halaman, "Pak Basri, saya minta maaf kalau selama ini saya sering buang sampah sembarangan." kataku sambil ikut memunguti sampah yang dibuang di sekitar taman. "Tidak apa-apa nak Gizka. Memang sudah tugas bapak membersihkan sampah-sampah ini. Meski begitu ada baiknya seusia kalian yang masih SD ini sudah dibiasakan untuk menjaga kebersihan sekitar. Terima kasih ya, bapak sudah dibantu." kata Pak Basri dengan senyum mengembang.

"Ciee.. kamu sudah sadar ya sekarang? Biasanya kan kamu yang paling susah dikasih tahu." sindir Hilda. Aku sedikit kesal. "Iya sih, tapi aku sudah berubah kok. Mulai sekarang kita saling mengingatkan ya."

" Nah, gitu dong. Oke..!!"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun