Mohon tunggu...
Nirwanti Wanti
Nirwanti Wanti Mohon Tunggu... Guru - JALANI SAJA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Biar takdir menentukan segalanya..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peradaban Islam pada Masa Khalifah Usman dan Ali

14 November 2020   19:20 Diperbarui: 14 November 2020   19:22 8398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah IslamDengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam.Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik.Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah peradilan.Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid.Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al Qur'an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.

Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur'an menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi. Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur'an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.

Maka dari pembahasan di atas menurut hemat saya bahwa pada masa pemerintahan usman banyak jasa-jasa yang dilakukan khalifah usman seperti menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang telah masuk ke bawah kekuasaan Islam di zaman Umar, disinilah ditanamkannya nilai karakter cinta tanah air, dan menggati hukuman qishas dengan membayar diyat, sebagai perujudan dari karakter cinta damai, pembangunan dan perluasan mesjid Nabawi, dan mesjidil haram, sebagai perumpamaan karakter tanggung jawab, membentuk armada laut membangun gedung kusus pengadilan agama, dan membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar, mengatur pembagian air di kota-kota, dia juga membangun jalan-jalan dan jembatan, sebagai perujudan dari penanaamn karakter tanggung jawab dan kerja sama. serta yang amat penting yaitu mengkodifikasi kitab suci Al-Qur'an, sebagai bukti dari karakter religius yang mendalam.

Adapun pada akhir masa kekhalifahannya, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang merasa kecewa terhadapnya, dan menyebabkan kekacauan di beberapa bidang diantaranya kekacauan dibidang bahas Arab, bidang Akidah, dan bidang politik.

C. Peradaban Pada Masa Ali bin Abi Thalib

Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ia dibaiat seluruh kaum Muhajirin, Anshar, dan semua orang yang hadir, semua patuh dan menerima kecuali Mua'awiyah ibn Abi Sufyan. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa perintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil, setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh usman, dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka, dia juga menarik kembali tanah yang diberikan usman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian usman kepada siapapun yang tidak beralasan diambil Ali kembali. Begitu juga tanah yang dihadiahkan usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

Baru beberapa bulan menjadi khalifah pada tahun 36 H pada bulan Jumadi Tsani, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah, dengan alasan, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman dan mereka menutut bela terhadap darah usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirimkan surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai, namun, ajakan tersebut ditolak, akhirnya pertempuran yang dahsyatpun terjadi. Perang ini dinamakan dengan " perang Jamal (unta)" karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah tebunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan, diperlakukan secara baik, dan menyuru beberapa pasukannya untuk mengantar 'Aisyah kembali kemadinah.

Setelah peperangan ini, penduduk Basrah tunduk kepada pemerintahan Ali, dan gubernur negeri Basrah diganti dengan Abdullah bin Abbas. Daerah-daerah ini mulai tunduk di bawah kepemimpinan Amirul Mukminin Ali. Bersamaan dengan itu satu-satunya masalah yang belum terselesaikan hanyalah negeri Syam yaitu Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Mu'awiyah menolak membai'at Ali sampai Ali berhasil menuntaskan kasus pembunuhan Usman dan mengqishaskan semua orang yang terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut.

Pada masa itu Ali ingin mencopot jabatan Mu'awiyah sebagai gubernur Syam, pada tahun 37 H, pada bulan Muharram, namun Mu'awwiyah menolak kebijakan Ali, Ali bersama pasukannya menuju Syam, begitu juga dengan Mua'wiyah yang tidak mau mengalah bersama pasukannya para penyulut fitnah yang terlibat langsung dalam pembunuhan Usman, Ali mengutus beberapa orang menemui Mu'awiyah untuk menjelaskan sikapnya. Tetapi upaya Ali gagal. sehingga terjadilah perang di sahara shiffin,.

Setelah perang shiffin, pertikaian sedikit mereda, dua hari setelah proses tahkim, Ali bersama pasukkannya ke kuffah, sementara Mu'awiyah bersama pasukannya begerak munuju Irak. Kedua pemimpi ini bertemu di Dawmah al-Jandal, tetapi keduanya tidak menemukan kata sepakat, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, Al-khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Akibatnya, di akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Ali), dan Khawarij, keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H(660M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota khawarij yaitu ibn Muljam.

  • Perkembangan kebudayaan dan pendidikan
  • Ilmu Nahwu Dan Shorof

Ilmu nahwu dan ilmu lughah lahir dan berkembang di Basrah dan Kufah. Hal ini disebabkan karena kedua kota tersebut banyak bermukim berbagai kabilah Arab yang berbicara dengan bermacam-macam dialeg bahasa, bahkan di sana juga banyak bermukim orang-orang Ajam yang berbahasa Persia. Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Pembina dan penyusun pertama bagi dasar-dasar ilmu tata bahasa Arab tersebut yang kemudian dilanjutkan oleh Abu Aswad ad-Duali. Dengan adanya ilmu itu, khalifah Ali berjasa dalam memperbaharui gramatika tulisan Arab, dengan membuat rumus-rumus tanda baca, seperti titik dan harakat untuk memudahkan kaum muslimin membaca al-Qur'an atau berkomunikasi melalui tulisan

  • Ilmu Hadits

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun