Mohon tunggu...
Retno Wahyuningtyas
Retno Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Phenomenologist

Sedang melakoni hidup di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Generasi Milenial dan Bahaya Laten Kesehatan Mental

24 Juni 2019   14:04 Diperbarui: 26 Juni 2019   13:30 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theatlantic.com/Caitlin Cadieux

Yuval Noah Harari dalam tulisannya "Homo Sapiens" mengungkapkan bahwa dalam konteks kependudukan dan hidup yang semakin padat, maka secara automasi manusia akan didera rasa cemas meningkat dan menjadi lebih kejam; dan menjadi mudah untuk saling menyakiti, berkompetisi, yang berakhir untuk tujuan menyelamatkan diri dan generasinya.

Bila ditarik lebih luas, maka ini dapat menjadi prediksi dasar bahwa di masa depan manusia akan terus semakin berkompetisi dan memiskinan pemaknaan dan pendalaman terhadap hidup maupun penghidupan. Kesehatan mental akan menjadi konsekuensi yang banal atas perkembangan hidup yang semakin cepat. Teknologi akan menjadi ruang terbuka bagi manusia untuk menuangkan ekspresi; merekam setiap detik gangguan.

Hingga hari ini, Twitter dan Youtube dapat menjadi salah satu medium penengah seseorang untuk membagikan thread atau konten berisi tentang informasi kesehatan mental. Lembaga layanan konseling dan pemulihan telah berupaya membangun mekanisme integratif yang menggandeng para publik figur.

Dengan adanya seseorang maupun sekelompok orang yang mulai berani untuk speak up terhadap self issue ini diharapkan bahwa manusia modern dapat bergotong royong untuk mendengarkan, berempati, ataupun membantu penyelesaian urusan kemanusiaan. Bukan hanya mendokumentasikan kesehatan mental tanpa menyertakan upaya untuk menyelesaikan kesehatan mental.

Teknologi di satu sisi mengancam eksistensi manusia, namun dengan batin dan naluri, manusia dapat menjalankan peran kemanusiaannya dengan memberikan manfaat kepada manusia yang lainnya. Alih-alih membantu, banyak juga manusia lain yang hadir untuk semakin memperburuk kondisi mental seseorang yang telah berani untuk menyuarakan kondisinya. Ini yang harus sama-sama diminimalkan, dengan cara saling berbagi informasi mengenai dampak destruktif komentar jahat maupun upaya yang dapat dilakukan bersama.

Namun, ada konsekuensi lain ketika isu ini mulai dengan mudah diakses oleh publik yakni orang dengan mudah mengidentifikasi diri sebagai seseorang dengan kondisi mental tertentu tanpa didahului dengan tindakan memeriksakan diri kepada ahli kejiwaan seperti psikiater dan psikolog yang lebih memiliki alat ukur dan penjelasan. 

Namun lagi-lagi, untuk mendapatkan akses ini seseorang harus menabung untuk bisa melewati akses dan proses pengobatan. Tapi, hal ini tentu dapat dengan mudah diatasi dengan cara; menemukan teman sebaya ataupun lembaga yang peduli pada isu gangguan kesehatan.

Bercerita memang belum tentu menyelesaikan masalahmu, namun dengan mengurangi porsi maka beban di dalam kepalamu tidak semakin berat. Selamat berproses!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun