Mohon tunggu...
Ni Putu Ika Sulistyawati
Ni Putu Ika Sulistyawati Mohon Tunggu... Mahasiswa

seorang mahasiswa jurusan kimia di undiksha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tri Hita Karana dan Panca Sembah: Dua Nafas Kehidupan Dalam Spiritualitas Hindu Bali

6 Oktober 2025   09:52 Diperbarui: 6 Oktober 2025   09:52 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PENDAHULUAN

      Kehidupan spiritual masyarakat Bali tidak dapat dipisahkan dari landasan filosofis agama Hindu yang berakar kuat pada harmoni dan keseimbangan. Salah satu konsep paling mendasar dalam kehidupan umat Hindu Bali adalah Tri Hita Karana, yaitu ajaran tentang tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup: hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (parhyangan), manusia dengan sesama manusia (pawongan), dan manusia dengan alam lingkungannya (palemahan). Konsep ini bukan sekadar wacana filosofis, melainkan menjadi pedoman hidup yang menjiwai seluruh dimensi budaya, sosial, dan spiritual masyarakat Bali. Di sisi lain, praktik keagamaan umat Hindu Bali juga diwujudkan melalui berbagai bentuk pemujaan, salah satunya melalui Panca Sembah, yakni lima tahapan persembahyangan yang mengandung makna mendalam tentang kesadaran spiritual, penyerahan diri, dan penyucian batin di hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Mantra Panca Sembah bukan hanya ritual formal, tetapi juga sarana internalisasi nilai-nilai Tri Hita Karana dalam praktik spiritual sehari-hari.

PEMBAHASAN

Konsep Tri Hita Karana dan Panca Sembah

Tri Hita Karana

      Secara etimologis, istilah Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu tri berarti tiga, hita berarti kebahagiaan, dan karana berarti penyebab. Jadi, Tri Hita Karana berarti "tiga penyebab kebahagiaan". Ajaran ini menegaskan bahwa kesejahteraan dan keharmonisan hidup hanya dapat dicapai jika manusia mampu menjaga keseimbangan hubungan dengan Tuhan (parhyangan), sesama manusia (pawongan), dan alam semesta (palemahan).

      Menurut I Gusti Ketut Ardhana (2003), Tri Hita Karana merupakan filosofi universal yang menjembatani antara dimensi spiritual dan sosial dalam kehidupan manusia. Parhyangan menekankan pentingnya bhakti dan penyembahan kepada Tuhan, pawongan menuntut sikap saling menghargai dan tolong-menolong antarumat manusia, sementara palemahan menekankan tanggung jawab ekologis manusia terhadap lingkungan. Ketiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
      Tri Hita Karana bukan hanya dogma keagamaan, tetapi telah menjadi falsafah pembangunan di Bali. Penerapan konsep ini terlihat dalam tata ruang desa adat (desa pakraman), arsitektur pura, hingga sistem irigasi subak yang diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia karena mencerminkan keseimbangan spiritual, sosial, dan ekologis.

Panca Sembah

Panca Sembah adalah sistem atau tata cara persembahyangan dalam agama Hindu Bali yang terdiri dari lima tahapan sembah, yaitu:
1. Sembah pertama (Om Atma Tatwatma Suddhamam Swaha): Melambangkan penyucian diri dan kesadaran bahwa atman (jiwa) merupakan percikan suci Brahman (Tuhan).
2. Sembah kedua (Om Pranamya Swaha): Menyimbolkan sikap hormat dan penyerahan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
3. Sembah ketiga (Om Utpattisthiti Pralina Namah): Mengandung makna pemujaan kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai pencipta (Brahma), pemelihara (Vishnu), dan pelebur (Shiva).
4. Sembah keempat (Om Paramasiwaha Ya Namah): Melambangkan pemujaan kepada Tuhan dalam aspek kesucian tertinggi, Paramasiwa.
5. Sembah kelima (Om Prasida Paramasiwaha Ya Namah): Mengandung doa agar Ida Sang Hyang Widhi Wasa berkenan memberikan anugerah, kedamaian, dan keselamatan.


      Menurut I Wayan Sura (2018), Panca Sembah merupakan bentuk internalisasi ajaran spiritual Hindu yang menuntun manusia menuju kesadaran tertinggi (moksha) melalui sikap hormat, bhakti, dan pengendalian diri. Setiap tahapan sembah memiliki makna filosofis yang selaras dengan nilai-nilai Tri Hita Karana, terutama dalam upaya membangun keharmonisan antara manusia dan kekuatan ilahi, antarumat manusia, serta lingkungan sekitarnya.

Relasi Filosofis antara Tri Hita Karana dan Panca Sembah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun