Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dulu Beras, Kini Sapi: Sabotase Ekonomi pada Jokowi Kian Nyata

10 Agustus 2015   22:49 Diperbarui: 10 Agustus 2015   22:49 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sapi I Sumber Kompasiana.com"][/caption]

Setelah beras stabil dan gagal mengguncang ketahanan ekonomi, kini sapi menjadi senjata baru dalam sabotase ekonomi terhadap Presiden Jokowi. Beras dipilih karena sebagai makanan pokok utama rakyat. Sapi juga menjadi bagian penting karena bukan hanya konsumsi rumah tangga, namun para pedagang soto, bakso, empal, steak dan sebagainya. Sapi adalah komoditas penggerak ekonomi. Maka melakukan sabotase dengan membuat harga daging sapi meroket adalah tepat dan strategis. Mari kita tengok kegagalan sabotase politik kini diarahkan ke sabotase ekonomi yang membuat gaduh negara dengan hati jauh dari gembira suka cita ria riang bahagia pesta pora sesukanya senantiasa selamanya.

Gagal di bidang politik, para koruptor yang berkolaborasi dengan pengusaha melakukan sabotase ekonomi terhadap Presiden Jokowi. Di tengah ekonomi dunia yang melambat dan berdampak pada kelesuan ekonomi, para pemilik modal kaya melakukan sabotase ekonomi. Negara gagal melindungi rakyat dari para penjahat ekonomi yang merusak tatanan ekonomi.

Konsolidasi politik yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dengan lima langkah berhasil. Terakhir kali setelah menggenggam BIN dengan mengangkat Sutiyoso, maka selesailah sudah konsolidasi kekuasaan oleh Presiden Jokowi. Rancangan pemakzulan Presiden Jokowi dengan mencari seluruh kemungkinan kesalahan seperti kasus Ahok, sebagai pintu masuk, gagal total. Tak ada ruang untuk mencari kesalahan konstitusional kriminal dari Presiden Jokowi.

Bahkan indikasi penguatan konsolidasi politik yang sudah selesai itu seperti (1) pengangkatan Panglima TNI, Kapolri, dan BIN, (2) pengajuan rancangan pasal Penghinaan Presiden, (3) kemesraan nyata Presiden Jokowi dengan Megawati, (4) dukungan Prabowo yang semakin kuat dengan bukti Prabowo tidak banyak berteriak-teriak, (5) Presiden Jokowi tidak menanggapi ocehan dan omongan SBY yang ingin mencari panggung dan ngrecoki Presiden Jokowi seolah SBY atasan Presiden Jokowi.

Kegagalan sabotase politik yang justru menguatkan posisi Presiden Jokowi menyebabkan para importir sapi, beras, baju bekas, buah, dan berbagai kebutuhan lain merasa dirugikan. Pemakzulan Presiden Jokowi diharapkan oleh para penjahat ekonomi kapitalis importir nakal – yang memiliki dana tidak terbatas – akan memermudah gerakan mereka merampok uang negara seperti pada zaman Rezim SBY.

Sapi, buah, kedelai, beras, garam, gula, dan sebagainya dijadikan komoditas permainan yang sangat merusak sendi stabilitas petani Indonesia. Kini, hal tersebut diatasi oleh Presiden Jokowi. Tentu mereka sangat dirugikan karena dengan kebijakan tersebut gerakan mencari keuntungan dari para importir menjadi terhambat.

Karenanya mereka dengan kekuatan uang mereka melakukan sabotase. Pertama yang dihajar adalah beras. Beras sengaja ditahan dan tidak diedarkan sementara Bulog masih juga dikuasai oleh Ketua Bulog yang tidak becus dan menjadi kaki tangan pedagang dan importir beras. Presdiden Jokowi telah memecat Kepala Bulog itu. Harapan importir adalah kran impor beras dibuka. Gagal. Maka mereka menggosipkan beras plastik, yang juga gagal.

Karena uang bejibun, maka para importir sapi pun melakukan sabotase ekonomi dengan menahan sapi-sapi untuk tidak dijual. Tindakan ini bertujuan untuk membuat rakyat resah di tengah ekonomi rakyat yang melambat. Para importir sapi ini juga pemain lama yang sengaja melakukan tindakan agar kredibilitas Presiden Jokowi rusak – lagi-lagi setelah mengetahui di bidang politik gagal total.

Jadi, tingginya harga sapi di pasaran disebabkan oleh para importir yang menimbun sapi-sapi mereka dan tidak menjual. Tindakan ini jelas melanggar Undang-Undang Perdagangan. Pun jika terdapat niat jahat tindakan para importir ini bisa dikategorikan sebagai kejahatan makar dan terorisme ekonomi. Pemerintah harus tegas menindak para importir sapi nakal agar tidak merusak ketahanan dan pertahanan nasional di bidang pangan.

Dengan demikian sangat jelas bahwa setelah kegagalan melakukan sabotase politik dan konsolidasi politik Presiden Jokowi selesai, maka kejahatan dan sabotase ekonomi tengah terjadi dan semakin nayat dengan (1) dulu beras yang melambung, kini (2) harga daging sapi yang meroket. Untuk itu Presiden Jokowi harus tegas menindak importir sapi yang melakukan sabotase ekonomi dan kejahatan perdangangan.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun