Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Cibodas dan Jakarta Cinta Indah Tercipta

9 September 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mobil warna hitam yang dikemudikannya menapaki jalanan di Cibodas. Tampak pemandangan bunga-bungaan yang dijual di sepanjang jalan. Aneka bunga dimuliakan di sana. Bougainvillea berwarna-warni menjadi pemandangan yang paling memesona. Itu kali pertama aku pergi ke sana.

"Keren tuh bunga. Beli saja lebih murah dari Jakarta..." katanya menawarkan.

"Iya tapi mobil tak muat buat mengangkutnya..." sahutku.

Aku masih mengagumi jalanan menuju ketinggian udara yang mulai sejuk. Mobil akhirnya memasuki gerbang dan tertulis di situ. Kebun Raya Cibodas. Kami menyusuri jalan menuju air terjun di Cibodas. Mobil merayapi jalanan mulus - semulus tubuhku kata kekasihku itu - menuju turunan ke arah air terjun. Di sisi kiri tampak jurang menganga yang dipenuhi tetumbuhan.

"Aku jadi ingat Mas, kalau aku jalan-jalan di Yogyakarta dengan pacarku - yang sekarang jadi suamiku. Dia selalu dengan pas menyebut nama-nama pohon dalam bahasa Latin..." kataku.

"Oh ya...tahu juga ordo dan familinya ya..?" tanyanya menimpali.

"Iya. Dia tahu semua nama pohon-pohon...." sahutku.

"Wah rupa raja hutan saja ya hehehe..." katanya.

Aku cubit pahanya. Dia berteriak gembira. Aku suka sepontanitas dia. Dia sosok yang selalu gembira dan cerdas. Dia tampak begitu menikmati hidup.

Mobil sampai ke dasar jurang. Berderet mobil diparkir di tempat yang sangat sejuk itu. Oh. Rupanya sedang ada syuting film di tepian air terjun itu. Aku dan dia turun dari mobil. Kakiku berjingkat ketika merasakan sejuknya air yang mengalir sepanjang tahun itu. Jernih sekali airnya.

"Aku gandeng dan tuntun tanganmu, Sayang. Takutnya kamu jatuh repot nanti..." katanya sambil menggandeng tangan kiriku. Terasa lembut dan hangat telapak tangannya ketika menyentuh jemariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun