Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bung Karno Bingkai Kebangsaan Ahok, Anies, dan Agus sebagai Orang Indonesia (Asli)

11 Oktober 2016   09:28 Diperbarui: 11 Oktober 2016   11:35 4898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merah Putih I Dok Ninoy N Karundeng

Wacana amandemen UUD 45 tentang salah satu syarat bahwa presiden dan wakil presiden Indonesia sebagai warga negara atau orang Indonesia asli menuai kontroversi. Perlu diluruskan pemahaman dan semangat dan roh UUD 45 yang dibuat oleh para pendiri negara sekaligus penyusun UUD 45. Wacana yang mengemuka di saat Ahok dan Anies Baswedan maju ke permukaan Pilgub DKI Jakarta 2017 patut dicermati.

Mari kita telaah sejarah tentang orang Indonesia asli dan warga negara asli Indonesia dalam wacana tentang persyaratan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI dengan hati gembira riang ria senang bahagia suka-cita selamanya senantiasa sambil jungkir balik koprol lalu menari menyanyi menertawai sikap picik rasis sektarian kalangan tertentu seperti PPP yang sudah usang yang berlawanan dengan semangat plurasisme dan kemajemukan yang menjadi dasar terbentuknya Indonesia.

Pertama, sejarah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang dibentuk secara politik kenegaraan oleh kebesaran jiwa Bung Karno. Bung Karno-lah yang menyadarkan bahwa ratusan bangsa yang berdiam di Indonesia perlu bersatu – dengan Sumpah Pemuda – sebagai trigger menuju terbentuknya kesatuan bangsa secara politik: bangsa Indonesia.

Bung Karno lewat berbagai orasinya menyatukan bangsa-bangsa besar Jawa, Sunda, Nias, Bali, Batak, Manado, Kei, Papua, Ambon, Banjar, Makassar, Melayu, Aceh, Madura, Dayak, Jambi, Minangkabau, Ternate, Bugis, Rote, Kupang, Timor, Banda, Moi, Ayamaru, Biak, dan sebagainya sebagai bangsa Indonesia.

‘Bangsa’ sebagai padanan ‘nation’ oleh Bung Karno hanya diperuntukkan bagi ‘Indonesian Nation’ alias Bangsa Indonesia. Bangsa Jawa dan bangsa-bangsa lain diturunkan menjadi sub-nation atau sub-ethnic alias suku bangsa – benar-benar kosa kata baru secara politik di dunia terkait bangsa yang didengungkan para pendiri bangsa Indonesia – dengan Yamin, Tan Malaka, dan tentu Bung Karno sebagai motor penggerak negara bangsa dengan model Kesatuan Republik Indonesia. Betapa cerdas mereka membangun kesadaran berbangsa lewat kata-kata dan kosa kata.

Sejak saat itu bangsa-bangsa besar yang mendiami wilayah yang dikenal sebagai Indonesia tersebut melebur menjadi suku-suku bangsa dengan ikatan satu tekad ikatan yakni satu bahasa, satu bangsa, satu tanah air: Indonesia.

Kedua, asal sejarah kelahiran bangsa Indonesia sebagai pendatang yang mendiami wilayah Nusantara dan Indonesia.

Sejarah keaslian orang Indonesia atau Nusantara terputus dengan musnahnya phitecantropus erectus alias manusia Jawa. Homo florensiensis pun telah musnah seperti saudara mereka yakni australophitecines di Australia. Jadi tak ada sisa keturunan orang asli 300,000 tahun lalu itu. Lalu dari mana orang Indonesia sekarang ini berasal?

Sejarah bangsa-bangsa di Indonesia tersebut di atas semuanya adalah pendatang. Gelombang pendatang terbesar yang membentuk seluruh kawasaan Asia Tenggara adalah bangsa-bangsa keturunan Yunan – dari Tiongkok bagian selatan; bukan Yunani Eropa sana.

Gelombang kedatangan orang-orang dari daratan Tiongkok ini ditemukan dalam peta gen hampir seluruh bangsa-bangsa di Indonesia. Gen dasar sebagaian besar orang Bugis, Melayu, Jawa, Sunda, Makassar, Aceh, Papua, Ternate dan sebagainya sama: berasal dari Yunan Tiongkok. Perbedaan cuaca dan percampuran perkawinan dengan pendatang berikutnya membuat perbedaan warna kulit setelah berevolusi selama ribuan tahun.

Mereka ini melahirkan keturunan orang Indonesia seperti Jokowi, saya, Sarundajang, Ani Yudhoyono, eyang saya Presiden Soeharto, Habibie, Gus Dur, dan sebagainya.

Lalu pendatang berikutnya datang dari Arabia yang bercampur melahirkan orang keturunan Arab. Datang pula pendatang-pendatang dari India yang mengusai jagad pemikiran Hindu-Budhha selama 1,000 tahun – dan pengaruhnya sampai sekarang dengan nama-nama berbau bahasa Sansekerta dan Pali. Lalu orang-orang Indo-Eropa dan Kaukasoid belakangan datang di berbagai tempat di Aceh, Flores, Manado, Ambon yang menghasilkan percampuran darah dengan muka dan postur berbeda.

Gelombang kedatangan orang dari Afrika melahirkan bangsa Papua, Ambon, Kei, Tanimbar dengan spesifikasi postur dan warna kulit sedikit berbeda dengan para pendahulu mereka yang datang lebih awal: dari Yunan.

Kadatangan gelombang terakhir manusia dari Yunan mendiami Nias, Singkawang, Toraja dan Minahasa. Khusus yang di Singkawang berhasil memertahankan bahasa dan budaya Tiongkok. Pun keaslian tanpa percampuran darah dengan pendatang lain menyebabkan mereka secara fisik tampak sebagai Tiongkok totok. Kedatangan bangsa Tiongkok, Arab, India, Afrika, dan Eropa pada abad ke-5 sampai abad ke-20 di Indonesia telah membentuk komunitas lebih tampak Tiongkok, lebih tampak Arab, lebih tampak Eropa, lebih tampak Afrika.

Sejarah kelahiran dan persebaran bangsa-bangsa di Nusantara ini menunjukkan sama sekali tidak ada orang Indonesia asli. Semua manusia modern di Indonesia adalah pendatang. Mayoritas bangsa-bangsa di Nusantara berasal dari Tiongkok bagian selatan yang beranak-pinak.

Ketiga, kebudayaan dan peradaban di Indonesia adalah hasil akulturasi peradaban impor semuanya dan tak ada satu pun yang asli Indonesia. Namun pengaruh local genius dan pengendapan peradaban India selama 1,600 tahun menjadi roh dan semangat bagi peradaban alam bawah sadar bangsa Indonesia.

Semua unsur peradaban bangsa Indonesia sekarang ini adalah impor dari 5 peradaban besar dunia yakni: (1) Tiongkok, (2) India, (3) Arab, (4) Persia, dan (5) Eropa. Bahkan semua agama dan kepercayaan tardisional yang sekarang dianut oleh bangsa Indonesia – termasuk agama tradisional Batak, Jawa, Dayak, Sunda, Papua, Manado, Toraja, Nias, Melayu, Bali, Bolaang Mongondow, Papua, Ternate, Tanimbar, Bugis, Makassar, Rote, Lombok – adalah impor dari bangsa asing.

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu berasal dari luar Nusantara semuanya. Tidak ada yang berasal dari kreasi hasil peradaban bangsa Indonesia sendiri. Kenapa? Orang Indonesia asli sendiri pun tidak ada karena semuanya pendatang.

Melihat tiga sejarah di atas, maka menjadi sangat aneh ketika partai berbau Arab Islam seperti PPP mewacanakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus orang Indonesia asli. Kalau persyaratan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia sebagai warga negara lahir di Indonesia bisa dibenarkan.

Namun menyebut secara umum orang Indonesia asli maka tak akan ditemukan orang dengan identitas (1) etnik atau bangsa atau suku bangsa, (2) kebudayaan, (3) bahasa, dan (4) agama. Kenapa semua identitas peradaban dan kebudayaang bahkan agama serta keturunan etnik tidak ada yang asli Indonesia.

Bahkan dalam konteks Indonesia modern, sebagaimana digambarkan dari sejarah bangsa-bangsa yang mendiami Nusantara, semua orang Indonesia adalah pendatang baik dalam alam batiniah maupun badaniah. Itulah sebabnya Bung Karno – dengan didahului oleh Sumpah Pemuda – mengajarkan dengan jelas tentang pentingnya identitas negara bangsa secara politik yakni: bangsa Indonesia.

Bahkan nama-nama orang Indonesia modern selalu merujuk kepada nama-nama impor dari Arab, Tiongkok, Eropa, dan India. Muhammad dari Arab, Ahok dari Tiongkok, Anies Baswedan dari Arab, Harimurti dan Yudhoyono serta Joko Widodo dari India. Romy PPP juga bernama Arab. Nah, mana yang asli Indonesia.

Jadi dalam konteks orang Indonesia asli wacana harus diubah menjadi Warga Negara Indonesia. Pun jika menyaratkan kelahiran di Indonesia sebagai syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia masuk akal. Namun bukan orang Indonesia asli yang ternyata semuanya pendatang. Kenapa?

Karena Pithecantropus Erectus alias manusia Jawa yang asli – itupun keturunan Afrika – dan Homo Florensiensis pun telah punah sebelum kedatangan gelombang pertama manusia-manusia dari Yunan di Tiongkok Selatan – bukan Yunani lho. Lalu kedatangan berikutnya orang Arab, India, Tiongkok, Eropa belakangan – lalu bercampur dengan para pendatang terdahulu – yang berhasil membangun alam pikiran dan roh kehidupan bawah sadar dan peradaban bangsa-bangsa Indonesia modern sekarang ini.

Maka lahirlah Ahok yang Tiongkok etnis dan agama Eropa. Lahirlah Anies Baswedan keturunan Arab dan Romy yang Melayu Yunan berbudaya Arab. Lalu lahir Joko Widodo yang Melayu Yunan berbudaya India beragama Islam. Harimurti berbudayan India beragama Islam. Itulah akulturasi bangsa dan peradaban yang indah di Indonesia yang telah kehilangan keasliannya – keasalannya- yakni dari Yunan, dengan pengaruh India, Tiongkok, Arab, Persia, dan Eropa.

Oleh karena itu, wacana bahwa Presiden Indonesia harus orang Indonesia asli akan ditertawai oleh para orang tolol bin bahlul karena tak akan dapat ditemukan satu pun orang Indonesia asli. Yang ada adalah orang yang lahir di Indonesia. Tentang suku-suku atau bangsa-bangsa yang disatukan secara politis kenegaraan menguatkan kesatuan bangsa baru modern Indonesia.

Kita semua lahir dengan keturunan yang sama dengan percampuran aneka bangsa; Yunan plus Arab, Yunan plus India, Yunan plus Afrika, Yunan plus Eropa. Itulah bangsa Indonesia. Tidak ada satu pun yang asli Indonesia. Pun juga tentang peradaban, agama, kebudayaan semuanya pun impor dan asli asing. Tidak ada yang asli Indonesia.

Oleh sebab itu, maka mewacanakan jabatan politik seperti Presiden dan Wapres dengan persyaratan Indonesia asli adalah tindakan manusia ketinggalan zaman dan tidak paham sejarah diri sendiri yang buta terhadap alam pikiran impor dan darah impor dalam dirinya: bahkan namanya atau nama mereka semuanya nama impor. Bahkan keyakinan kita pun semuanya keyakinan impor dari luar dan bukan dari Indonesia asli.

Maka atas peran besar Bung Karno dan para pendahulu, Bung Karno berhasil membingkai Ahok, Anies Baswedan, dan Agus Yudhoyono sebagai bangsa Indonesia asli - dari kesadaran Bung Karno tentang banyaknya bangsa-bangsa dan etnis yang mendiami Nusantara atau Indonesia. Maka kehadiran orang keturunan Tiongkok, Arab, India, maupun Eropa tidak menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia karena sejatinya kita semua pendatang dan bahkan dengan peradaban pendatang pula.

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun