Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukan Setya Novanto, Heboh Daya Hersetiani Kabur dan Menantu Abu yang Sabar

28 November 2015   11:36 Diperbarui: 28 November 2015   11:36 3577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangan keindahan dan kecantikan Desya memabukkan Iping: tinggi 169 cm, berat 49 kg, kulit putih mulus menurut Iping dan wartawan kepo, rambut lurus dicat kecoklatan, mata sayu, hidung mancung, bibir full lips, kaki jenjang, alis tebal, dan celana jeans dan denim ukuran 27 dan maaf – bra 36 serta tahi lalat mungil di bibir atas dan pipi kanan. Klop sempurna.

Namun, bagi Desya, gambaran dan impian pernikahan tergolong sederhana. Desya bermimpi untuk dipersunting oleh lelaki pengusaha yang mapan, kaya raya, pengusaha muda duda pun tak apa, memiliki anak dan bisa berplesiran dan hang out dengan teman-teman sekolah dan kampus dulu. Hanya itu mimpinya. Sederhana. Bagi Desya menikah dengan lelaki seperti itu akan menjamin kebahagiaan diri dan keluarga termasuk anak-anak nanti. Wah. Bagus sekali. Ideal.

Dengan semua mimpi itu, maka tak heran Iping, seorang jejaka Betawi pemilik konter retail telepon seluler – bukan handphone ya – kepincut untuk memersunting Desya. Iping pun melancarkan upaya perayuan. Setiap hari, sejak setahun lalu, Iping selalu mengejar dan mendekati Desya. Jurus yang dilancarkan pun selalu sama. Perhatian, suapan materi seperti uang dan gadget terbaru diberikan. (Karena hampir semua wanita menyukai gadget.)

Kebetulan Iping pemilik usaha peternakan gadget. Setelah beberapa lama dan menikah, Iping pun mengajak Desya menjalankan usahanya. Sebelumnya keterkejutan terjadi dalam diri Desya. Pernikahan Desya-Ipin hanya menggelar dan memasang tenda di jalanan – kebiasaan pernikahan ala Betawi, meski Jalil alias Abu yang sabar bukan berdarah Betawi asli.

Pesta pernikahan di bawah tenda jalanan menghantam jiwa Desya. Harapan menikahi pengusaha kaya dan kehidupan glamor masa kuliah hilang sirna. Kini realita menghantui Desya. Menikah dalam usia belia tak terbayangkan oleh Desya sebenarnya. Keterkejutan kehidupan yang berbeda antara kenyataan dan harapan menghantam keseimbangan jiwa Desya. Kegalauan melanda.

Fakta bahwa pengantin baru bagi Desya adalah hal biasa. Apakah keindahan bulan madu? Bagi Desya bulan madu adalah pesta dan perayaan yang sudah lama bisa dirasa. Yang menjadi prioritas adalah gemerlap. Sementara sebagai menantu Abu, Abu hanya mampu menyediakan kendaraan kelas sejuta umat: Avanza.


Padahal dulu ketika kuliah, teman-teman kuliahnya di seberang kampus yang menjadi temannya, mahasiswa UI – kelas jalur membayar mahal Rp 175 juta, bukan kelas otaknya – sering mengajak ke kehidupan yang indah. Mobil minimal sekelas Mini Cooper buatan Itali. Keterkejutan Desya bertambah.

Mimpi dan jandi Iping untuk berbulan madu di Paris atau Maldives – agar seperti bulan madu perjalanan Aburizal Bakrie dan Aziz Syamsuddin dengan duo-Zalianty – gagal terlaksana. Bulan madu Desya dan Iping hanya dilewatkan di Margonda Raya City Mall dan hotel kelas rata-rata di sekitaran Depok.

Sebulan setengah mendekati dua bulan setelah menikah dengan Iping, di konter hape yang kebetulan Desya jaga, Desya berkenalan dengan seorang salah satu teman lamanya. Curhat pun dilancarkan. Curhat Desya ditangkap oleh lelaki ini. Teman-teman dan sahabat perempuan lain Desya pun menjadi sasarannya.

Akhirnya, Desya pun pergi meninggalkan Iping dan keluarga Abu. Kepergian Desya pun menghebohkan. Polisi mencari Desya dan menanyakan ke berbagai teman Facebook dan lain-lain. Telusuran polisi menunjukkan telepon seluler Desya berada jauh di luar kota. Sering berpindah-pindah. Pindaian nomor pergantian nomor baru Desya dengan hubungan telepon dengan orang yang bepergian dengan Desya terus dipantau dan dibuntuti.

Akhirnya, Desya pun lelah bepergian, kabur, yang pada dasarnya sama. Desya ingin sesuatu yang berbeda dengan yang dialami. Kegalauan perkawinan belia, dan harapan yang tak seperti yang didapatkan dan sebaliknya telah membuat Desya pergi. Beberapa waktu berikutnya, Desya ditemukan dan demi menjaga privasi, rangkaian cerita penyederhanaan dibuat: Desya pergi bersama temannya. Itu yang tertangkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun