7. Jangan Menunda Jika Sudah Niat
Ini poin paling penting dari semuanya. Kalau kamu sudah sampai tahap ingin mengurus pindah domisili, jangan tunggu lagi. Jangan tunggu KTP-mu hilang dari sistem. Jangan tunggu anakmu masuk sekolah dan data tidak cocok. Jangan tunggu pas butuh BPJS dan baru sadar belum resmi terdaftar sebagai warga.
Mengurus sendiri pindah domisili dan pindah datang, menurut aku rasanya seperti baru naik roller coaster, deg-degan, bingung, tapi di akhir bisa tertawa lega. Pengalaman ini membuka mata aku bahwa birokrasi Indonesia sudah mulai berbenah. Tapi tetap ada ruang besar untuk perbaikan, terutama dalam edukasi digital dan akses informasi.
Siloka adalah langkah bagus. Tapi kalau ingin benar-benar menjadi solusi, sistem ini harus didesain bukan hanya untuk mereka yang paham teknologi, tetapi juga untuk mereka yang hanya punya satu HP jadul dan kuota tipis di akhir bulan. Karena yang kita butuhkan bukan hanya teknologi canggih, tapi teknologi yang memanusiakan manusia.
Dan kalau kamu tanya, siapa yang menang antara Siloka dan warga bingung? Jawabannya, harusnya bukan salah satu yang menang, tapi keduanya bisa bersatu. Warga jadi lebih cerdas digital, dan sistem semakin ramah pengguna. Barulah saat itu, pindah domisili tidak lagi jadi petualangan dramatis, tetapi hanya sekadar urusan 15 menit yang bisa selesai tanpa derai air mata dan kuota terbuang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI