Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 31 judul, antologi berbagai genre 201 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Induk Rusa dan Daun Penolong

6 September 2025   02:33 Diperbarui: 6 September 2025   02:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Induk Rusa dan Daun Penolong


Di pinggiran sebuah hutan lebat, seekor induk rusa berlari tertatih-tatih. Anak panah menancap di punggungnya, menimbulkan rasa sakit luar biasa. Untunglah bidikan pemburu tadi tidak terlalu tepat, sehingga ia masih bisa meloloskan diri. Meski demikian, darah perlahan merembes keluar, dan tenaganya kian melemah.

Yang membuatnya lebih cemas, dua anaknya masih menunggu di sebuah semak aman yang ia pilih sebagai tempat persembunyian. Ia sedang menyusui mereka, dan bayangan tentang anak-anaknya yang kelaparan membuat hatinya hancur.

Rusa itu akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon besar, mencoba bernaung. Ia mengerang pelan, menahan perih. Ternyata, di atas pohon itu seekor monyet sedang rebahan sambil menggaruk perut. Monyet itu bernama Monyi. Mendengar erangan lirih, ia mengintip ke bawah, terkejut melihat seekor rusa terkulai lemah dengan anak panah menancap di punggung.

"Ya ampun, apa yang terjadi padamu, Rusa?" seru Monyi sambil melompat turun.

"Aku... aku kena panah pemburu. Untung tidak tertangkap, tapi... rasanya sakit sekali," ujar rusa dengan suara bergetar.

Monyi memeriksa lukanya. "Untunglah panahnya tidak terlalu dalam. Aku tahu daun obat yang bisa membantu menghentikan darah dan mempercepat pengeringan luka. Tunggu di sini, jangan bergerak terlalu banyak."

"Terima kasih, Sahabat. Tapi aku sangat khawatir... aku meninggalkan dua anakku. Mereka pasti kelaparan."

"Tenanglah," kata Monyi menepuk pundaknya. "Kalau lukamu tidak segera diobati, engkau tak akan bisa pulang dengan selamat. Biarkan aku carikan daun itu dulu."

Monyi lalu berlari lincah di antara pepohonan, memetik beberapa daun hijau yang dikenal mujarab untuk luka. Ia mengunyahnya sampai halus, lalu menempelkannya ke luka rusa. Sensasi dingin menyebar, membuat rasa perih sedikit mereda.

"Bagaimana rasanya?" tanya Monyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun