Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 31 judul, antologi berbagai genre 201 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak di Parit Senyap

14 Mei 2025   14:20 Diperbarui: 14 Mei 2025   14:20 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jejak di Parit Senyap


Di sebuah desa kecil yang dikelilingi rimba dan tanah gambut di Pulang Pisau, seorang perempuan muda ditemukan tak bernyawa di tepi parit. Wajahnya lebam, bajunya tersingkap, dan kabar yang menyebar menyebutkan bahwa ia tengah mengandung. Namanya Nirmala.

Nirmala adalah perawat yang dikenal lembut dan pendiam. Sejak beberapa bulan terakhir, ia memilih tinggal sendiri di sebuah rumah kontrakan di Jalan Rajawali, jauh dari keluarganya di Palangka Raya. Beberapa tetangga kadang melihatnya pergi pagi-pagi, membawa tas selempang kecil dan parasut hitam---menuju tempat kerja, atau sekadar belanja kebutuhan sehari-hari. Namun, tidak banyak yang benar-benar mengenalnya. Sejak bercerai dari Rehan, pria yang dulu dicintainya sepenuh hati, Nirmala lebih banyak menyendiri.

Dari pernikahan lima tahun itu, ia dikaruniai dua anak. Sayangnya, anak keduanya meninggal dunia saat masih bayi. Anaknya yang pertama kini tinggal di Riau, bersama kakeknya. Nirmala, yang semula seorang apoteker dan perawat, memilih berhenti dan mengurus anak, hingga akhirnya benar-benar sendiri.

Hari itu, jenazahnya ditemukan oleh seorang pencari rotan yang lewat di tepi parit. Berita menyebar seperti api menyambar daun kering. Tuduhan liar beterbangan di media sosial. Nama Rehan mencuat di antara bisik-bisik dan komentar pedas.

Namun Rehan, melalui kuasa hukumnya, menepis semua tuduhan. Ia sedang dalam perjalanan menuju Sampit ketika menerima kabar duka itu.

"Mereka telah resmi bercerai Januari lalu, bahkan pisah rumah sejak September," ujar pengacaranya dalam konferensi pers. "Klien kami tidak memiliki motif, tidak memiliki hubungan buruk dengan almarhumah."

Meski Rehan tampak tenang di hadapan wartawan, hatinya kalut. Ia mengingat malam terakhir mereka bertemu, saat ia mengantar anak mereka kembali ke Pekanbaru. Nirmala menatapnya lama, seolah menyimpan kata yang tak pernah sempat diucapkan.

"Saya sudah tidak kuat sendiri, Rehan ... Tapi saya tak ingin menyusahkan siapa-siapa," gumam Nirmala waktu itu, lirih, hampir tak terdengar.

Kini, perempuan itu telah tiada. Tak ada lagi kesempatan untuk bertanya atau menyesali. Polisi bekerja keras, mencari petunjuk dari luka lebam di wajah, dari jejak di tanah basah, dari isi tas kecil yang ikut ditemukan tak jauh dari tubuhnya---hanya dompet, ponsel yang rusak, dan foto anak sulungnya yang telah di-laminating.

Paman Nirmala, Pak Bahar, datang dari Flamboyan Bawah. Ia berdiri terpaku di depan ruang jenazah, memandangi wajah keponakan yang dulu suka membawakan teh manis tiap sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun