Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

Ninik Sirtufi Rahayu, (Ni Ayu), gemar disapa Uti. Lahir 23 November di Tulungagung, domisili di Malang, Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung di Udara Dipelihara

8 Mei 2024   06:40 Diperbarui: 8 Mei 2024   12:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Burung di Udara Dipelihara

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Sekitar jam sepuluh pagi. Tidak ada hujan, tetapi angin kencang bertiup cukup menakutkan. Hal itu karena di sisi kiri dan depan rumah rumpun bambu,  dengan suara gemuruhnya meliuk-liukkan batangnya dengan mengerikan. Dedaunan berguguran memenuhi lahan kosong di sebelah rumah. Kotor yang luar biasa tentunya. Sementara, angin masih menggoyang-goyangkan pelbagai pepohonan rimbun yang ada di halaman. Puting beliung melanda dengan menggelora!

Aku masih menimang-nimang dompet. Isinya, ahh ... berharap cukup untuk memenuhi kebutuhanku sebulan ini. Sementara, aku pun tak banyak berharap dari tempatku bekerja karena di masa pandemi ini tak banyak juga siswa yang meminta belajar secara offline. Aku mencoba berpasrah diri sambil berdoa dengan bersyukur. Bersyukur karena masih dianugerahi-Nya kesehatan sehingga otomatis tidak ada pengeluaran untuk masalah kesehatan dan obat-obatan. Ini sungguh sangat membantu mengatasi kondisi dompetku.

Tiba-tiba ...  kluning ... kluning ... gawaiku menandakan adanya pesan masuk. Kulihat sepintas, "Oohh, cuma iklan!"

Lagi-lagi iklan yang membuatku harus rajin menghapusnya. Jika tidak menawarkan pinjaman, menawarkan permainan dingdong atau judi online, yang terparah adalah pemberitahuan tentang menang hadiah tertentu. Padahal, sungguh aku tak pernah mengikuti aplikasi pembelian dengan model apa pun, tetapi diberitahukan menjadi pemenang lomba. Aneh-aneh saja model penipuan yang ditawarkan via gawai.

Belum sempat beranjak, ada lagi pemberitahuan via sms, pesannya, "Mbak, ada di rumahkah?" dari nomor tak dikenal. "Hadaahh ... apa lagi ini ...!" gumamku.

Belum juga sempat kujawab, kedua anjingku ramai menyalak. Tandanya ada seseorang yang tak dikenalnya hendak masuk rumah atau barangkali hanya sekadar numpang berteduh di tepi jalan. Biasanya jika ada seseorang yang berhenti di depan pintu garasi, kedua anjingku ributnya bukan main. Seolah memberi tahu kalau ada tamu.

Sebentar kemudian terdengar grendel pintus single-ku dipermainkan, maksudnya memberitahuku untuk meminta dibukakan pintu. Ketika kutengok, ternyata sahabat lamaku datang ke rumah.

"Wahhh, ... tumben. Padahal, nggak ada suara burung prenjak yang nyaring sebagai isyarat. Lalu, angin apa yang membawamu kemari?!" sambutku membuatnya tertawa berderai.

" Entahlah ... kangen saja! Sudah lama banget tidak bertemu!" katanya mengawali perjumpaan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun