Seikat DupaÂ
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Â
Sejak jam tiga sore Bude sudah wanti-wanti kepada Mbak Ndari, keponakan yang tinggal bersamanya, agar tidak lupa menyiapkan uba rampe seperti biasa.
Saat itu Bude masih berusaha melengkapi gelas yang dipegangnya dengan bunga tiga warna. Ke dalamnya diisikan air sumur setengah gelas. Sekuntum  kenanga berwarna hijau sudah dimasukkan ke dalamnya. Ditambahkan pula kuncup sekuntum mawar putih kecil yang diambilnya dari depan rumah Mbah Jo tetangga sebelah. Masih tinggal satu warna lagi yang belum didapatnya. Merah.
Maka Bude meminta Mbah Ndari mencarikan bunga berwarna merah ke rumah-rumah tetangga. Sementara, Bude mengharap kedatangan tamu yang sejak siang ditunggunya. Sampai sesore ini belum juga muncul.
      "De, ini dapat kembang sepatu merah. Mau?" tanya Mbak Ndari memecah kesunyian sore itu. Dipegangnya sekuntum bunga sepatu merah. Rupanya dari jenis bunga berenda.
      "Kenapa ndhak kauminta mawar merah di rumah Bu Diman aja?" sergah Bude.
      "Ndhak ada lagi bunganya!"
       "Yo weslah.  Rapopo. Gowo mrene!"
Bergegas Mbak Ndari menyerahkan sekuntum bunga sepatu berenda yang dipetiknya dari pagar halaman tetangga.