Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - pengangguran banyak acara

Ninik Sirtufi Rahayu, (Ni Ayu), gemar disapa Uti. Lahir 23 November di Tulungagung, domisili di Malang, Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Selasih Pulang Sejenak

30 Maret 2024   23:46 Diperbarui: 30 Maret 2024   23:54 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ndhuk, apa adikmu tahu perihal Wawan?" tanya Emak kepada Suryanti .

"Anu Mak, wau sampun kula sanjangi sekedhik!" sahut Suryanti .

Dia menjelaskan kalau sudah diberitahukan sekilas tentang Wawan yang hendak menikah dengan Putri teman sekolahnya itu.

"Hmm, ya memang ... bagaimana pun Selasih harus tahu. Lebih cepat lebih baik. Wawan tidak mungkin mau menunggunya. Sampai berapa lama akan mbabu dan apa yang diharapkan dari babu seperti putriku itu?" setengah terisak Emak mengeluh lirih.

"Mak, jodoh dan nasib 'kan tidak ada yang tahu. Saya pikir ini lebih baik agar Selasih bisa melepaskan diri dari bayang-bayang desa. Masa depan masih panjang untuknya. Bisa saja dia memperoleh jodoh di kota. Suami yang lebih baik daripada Wawan. Kita nggak boleh berkecil hati dan harus kita mbombong menguatkan hatinya supaya tetap tegar dan tegak!" sahut Mas Haryono yang tetiba sudah berada di dekat mereka.

"Hmmm, bisa juga begitu. Ini pertanda bahwa Wawan memang bukan jodohnya!" sergah Emak sambil menghela napas panjang. "Benar, katamu, Nak!" lanjut Emak beranjak dari kursi yang baru saja didudukinya.

 "Lalu aku harus bagaimana, Mak?" lirihnya.

"Ya, nggak bagaimana-bagaimana. Kalau kamu menjumpainya, katakan saja kamu ikhlas. Kamu juga harus mendoakan kebahagiaannya. Orang yang mencintai itu sebenarnya pasti ingin yang dicintai bahagia. Nah, kalau kamu benar-benar mencintai dia, doakanlah dia bahagia. Paham?" wejangan Emak sungguh sangat mendalam. 

"Apa kamu kira cinta itu harus memiliki dan menikahinya? Kalau masih berpikir seperti itu, salah besar, Ndhuk!" lanjut Emak berfilosofi.

Sambil menunduk Selasih mencerna kata-kata bijak Emak. Tidak pernah menyangka bahwa pengetahuan Emak seluas itu. Wanita yang hidupnya cukup lama di perantauan demi mencari sesuap nasi buat keluarga itu, sungguh sangat perkasa. Bukan hanya sebagai tulang rusuk bagi Bapak, melainkan juga sekaligus tulang punggung. Sementara almarhum Bapak pun sangat mengagumi, mencintai, dan mengagungkan emaknya itu.

 "Emak yakin kamu tahu arti kata 'Selasih', kan? Apik dan berwibawa! Selain cantik di roman muka, juga berperangai jelita," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun